Jakarta (ANTARA) - PT Garuda Indonesia (Garuda) menantang semua perusahaan asing di Indonesia untuk melakukan audit operasional dan keselamatan (safety) penerbangan terhadap BUMN Penerbangan itu. "Kami membuka diri dan siap diaudit siapa pun, khususnya perusahaan asing di Indonesia," kata EVP Sales and Market, Garuda, Agus Priyanto kepada pers usai Penandatanganan MoU "Pemajuan Pemasyarakatan ASEAN" antara Garuda dan Departemen Luar Negeri (Deplu) di Jakarta, Rabu. MoU dalam rangka HUT ke-40 ASEAN tersebut ditandatangani antara Sekjen Deplu Imron Cotan dan Dirut Garuda, Emirsyah Satar. Indonesia menggelar sejumlah acara antara lain, penempelan logo HUT ke-40 ASEAN pada badan pesawat Garuda yang hingga saat ini berjumlah 49 pesawat. Menurut Agus, tantangan untuk melakukan audit tersebut didasari pertimbangan utama untuk menjawab kekhawatiran dan ketidaknyamanan para ekspatriat di Indonesia akan kualitas safety penerbangan di Indonesia. "Mereka tidak nyaman. Garuda juga. Untuk itu, mereka kita tantang untuk membawa para ahli di bidang penerbangan agar melakukan audit kepada kami," katanya. Agus mengaku, pihaknya memahami ketidaknyamanan tersebut sebagai dampak dari penilaian yang diberikan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization/ICAO) bahwa peringkat safety penerbangan Indonesia masuk kategori II. Penilaian ICAO tersebut terjadi setelah pemerintah Indonesia tiga bulan lalu melakukan pemeringkatan safety maskapai domestik. Hasilnya, tidak ada satu pun maskapai domestik berperingkat I. "Bahkan ada anjuran dari FAA Amerika kepada warganya untuk tidak menggunakan maskapai Indonesia jika bepergian di Indonesia," kata Agus. Akibatnya, Agus memberikan contoh, para ekspatriat tujuan Balikpapan, Kalimantan Timur dari Jakarta, harus melakukan perjalanan ke Singapura menggunakan maskapai asing dan meneruskan dengan Silk Air ke Balikpapan. "Mereka mengaku tidak nyaman. Selain dari sisi biaya lebih mahal karena harus mengeluarkan biaya tiket lebih dan tambahan fiskal, juga tidak hemat dari segi waktu tempuh perjalanan," kata Agus. Tidak hanya itu, kerja sama pemasaran bersama Garuda dengan maskapai NorthWest Airlines yang dimulai sejak 1996, terpaksa dibatalkan secara sepihak oleh maskapai itu. Oleh karena itu, pihaknya segera mengundang resmi para CEO perusahaan asing di Indonesia melalui sejumlah pertemuan bisnis. Agus menambahkan, sebelum undangan audit resmi disampaikan, sudah ada perusahaan asing di Indonesia seperti Rio Tinto telah melakukan audit kepada Garuda. "Mereka juga memeriksa fasilitas dan kemampuan pegawai GMF-AA pada pekan lalu. Hasil auditnya seperti apa, memang belum disampaikan kepada Garuda," kata Agus. Terkait dengan kerja sama itu, Dirut Garuda Emirsyah Satar, mengatakan keterlibatan Garuda dalam serangkain HUT ke-40 ASEAN akan membawa dampak positif bagi Garuda. "Penumpang rute internasional Garuda kami tahun lalu 2,8 juta penumpang dan pada tahun ini kami harapkan naik jadi tiga juta penumpang," kata Emirsyah. Namun, orang nomor satu di Garuda ini tidak merinci berapa pangsa pasar Garuda di negara-negara ASEAN. Garuda sebagai "national flag carrier" hingga saat ini memiliki 26 kota tujuan domestik dan 24 internasional, dan mengoperasikan 49 pesawat berbagai tipe. Pada kuartal I 2007, Garuda membukukan keuntungan Rp121 miliar, bahkan pada Mei 2007, mampu mencetak pendapatan 108 juta dolar AS.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007