Ujungjaya-Sumedang (ANTARA News) - Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) hari ini kembali memperkenalkan teknologi PATBO SUPER guna mendukung peningkatan IP 300 di sawah tadah hujan.

Kunci utama teknologi PATBO SUPER adalah pengelolaan  air dan penggunaan bahan organik yang dapat mengikat air.

Padi bukan tanaman air yang harus terus beri air sepanjang waktu, namun tetap membutuh air pada fase-fase tertentu.

Kendala pada kondisi kurang air adalah gulma, namun dengan menggunakan herbisida pra tumbuh dan alat power weeder maka gulma dapat diatasi. Varietas yang toleran kondisi kering atau varietas padi kelompok ampibi sangat disarankan.
 
Dr. Haris Syahbuddin, Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian memberikan penjelasan bahwa teknologi ini telah dicobakan di tiga provinsi dan harapannya teknologi ini dapat menyebar luas guna mendukung Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.

Dalam keterangannya, Dr. Liferdi, Kepala BPTP Balitbangtan Jawa Barat juga memberikan informasi bahwa Kecamatan Ujungjaya selalu mengalami kekeringan namun melalui teknologi PATBO SUPER, panen yang semula satu sampai dengan dua kali, saat ini sudah dapat tiga kali panen.

Selain gulma, kendala lainnya adalah hama tikus. Dengan menyiapkan Rumah Burung Hantu (Rubuha),  terbukti tikus dapat diatasi.

Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang berharap agar teknologi ini bisa dikembangkan lebih luas lagi, sehingga Kecamatan Ujungjaya bisa menjadi percontohan bagi daerah lain.

Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Muhammad Syakir dalam kesempatan lain menyampaikan bahwa teknologi ini bisa dikembangkan secara masif dengan dukungan semua pihak sehingga pada masa  selanjutnya Indonesia akan menjadi produsen beras.

Teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk 2,02 juta ha lahan tadah hujan di Indonesia. Harapan menjadi lumbung pangan dunia harus dicapai dengan pemanfaatan teknologi yang tepat guna dan efisien. (*)(Nn)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2017