Medan (ANTARA News) - Koordinator Program PAN ECO-SOCP Yayasan Ekosistem Leuser, Gabriella Fredricson, mengatakan, penemuan spesies orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) bermula pada 2011, saat peneliti dari Universitas di Swiss dan IPB melakukan peneltiian.

Hasil penelitian, kata dia, di Medan, Jumat, disebutkan bahwa genetika orangutan di Tapanuli lebih dekat dengan genetika orangutan di Kalimantan dibandingkan genetika orangutan di ekosistem Leuser. 

Hasil penelitian itu menjadi menarik karena Tapanuli, Sumatera Utara lebih dekat jaraknya dengan ekosistem yang ada di Leuser di Aceh.

Untuk lebih memastikan hasil penelitian itu dilanjutkan dengan pengukuran morfologi yakni pengukuran tengkorak dan lainnya. 

Hasil penelitian oleh Antoni Cahyo peneliti dari Universitas Canberra, Australia, pada 2014 menghasilkan perbedaan yang signifikan antara orangutan tapanuli itu dengan orangutan yang ada di Kalimantan maupun yang ada di Leuser, Aceh.

Dari sisi ekologi, katanya, orangutan tapanuli juga memakan jenis tumbuhan yang belum pernah tercatat sebagai jenis pakan orangutan.

Fredricson menegaskan, dengan populasi yang minim mulai hanya 600, yang tersebar di tiga blok barat di Tapanuli Utara, dan 150 di blok timur dan sedikit di Cagar Alam Sibualbuali, maka jumlah orangutan tapanuli dinilai sangat penting untuk dikembangkan.

Untuk memperbanyak orangutan tapanuli itu, maka, kata dia, yang harus dilakukan adalah harus disambungkan populasi orangutan yang terpisah akibat pertanian ataupun jalan dan lainnya. 

"Di banyak negara sudah dibuat koridor untuk satwa seperti terowongan dan jembatan sehingga untuk jangka panjang di Indonesia seperti Tapanuli harus difikirkan," katanya.

Kawasan hutan lindung Batangtoru relatif masih merupakan hutan alam yang belum terjamah dengan luas 133.841 hektare yang meliputi kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan.

Di hutan itu didiami berbagai jenis satwa liar yang sudah langka seperti harimau, tapir, beruang madu, orangutan serta berbagai jenis burung seperti burung kuau, enggang, takur dan pelatuk.

"Hasil penemuan yang dilaporkan dalam salah satu jurnal internasional terkemuka, Current Bilogy yang menobatkan orangutan tapanuli sebagai spesies orangutan ketiga setelah Pongo pygmaeus (orangutan Kalimantan), dan Pongo abelii (Orangutan Sumatera) sangat diapresiasi.

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2017