Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah melihat tren efesiensi bank BUMN pada level yang tidak menggembirakan. "Bank BUMN memang terkesan tidak terlalu efesien. Kita menghitung dan mengamati dari bulan ke bulan, efisiensi bank berada pada level yang tidak menggembirakan," kata Burhanuddin, seusai acara penandatanganan komitmen bersama dalam mengedukasi masyarakat mengenai produk dan jasa perbankan di Jakarta, Kamis. Menurut Burhanuddin, ketidakefisienan itu harus diperbaiki guna meningkatkan kinerja dan bila perbankan nasional ingin mempunyai daya saing yang tinggi. Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo, dalam kesempatan yang sama, mengakui tingkat efisiensi perbankan, khususnya yang berasal dari BUMN, memang kurang menggembirakan karena adanya tren disintermediasi, sehingga perusahaan atau masyarakat mengurangi sumber pendanaannya dari perbankan. "Masyarakat saat ini melakukan peminjaman sendiri, tidak perlu lewat bank, tapi lewat pasar modal, seperti mengeluarkan surat utang, atau pinjaman langsung," jelasnya. Menurut dia, dengan peminjaman sendiri itu berakibat kredit bank tidak banyak tersalurkan dan perbankan sendiri mengalami penurunan margin keuntungan dari pendapatan bunga. Untuk mengatasi itu, kata Agus, perbankan tidak hanya mengandalkan pendapatan selisih bunga, melainkan meningkatkan `fee base income` (pendapatan berbasis fee) dan efesiensi biaya. Selain itu perbankan harus melakukan pengendalian biaya operasional. "Dalam pengendalian biaya ini adalah jangan punya kredit bermasalah yang memakan biaya banyak, dan produktivitas cabang maupun sumber daya manusianya harus diperhatikan," tambahnya. Tren penurunan kredit ini, Agus melihat sebagai tantangan. "Sebagai perbankan sejati hal ini sebagai tantangan, bukan sebagai ancaman," kata Agus.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007