New York (ANTARA News) - Dalam suatu jajak pendapat baru-baru ini terhadap pasien asma, lebih dari separuh melaporkan bahwa penyakit mereka tak terpantau dan mereka tak pernah menerima rencana tindakan asma, demikian antara lain isi laporan di dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology. Penekanan mengenai suatu rancangan baru dalam panduan asma AS ialah pendidikan pasien dan dokter yang lebih baik, dengan pusat perhatian pada pemantauan asma pada setiap kunjungan klinik oleh pasien asma, kata Dr. Stephen P. Peters dari Wake Forest University School of Medicine, Winston-Salem, North Carolina. Dalam upaya itu, para dokter perlu "bekerjasama dengan pasien". Peters dan rekannya dalam studi di Real-World Evaluation of Asthma Control and Treatment (REACT) menilai kelaziman mengenai asma yang tak terkendali dalam sampel pasien asma sedang hingga berat yang diwakili secara nasional dan menerima pengobatan asma standard. Lebih separuh dari 1.812 responden (55 persen) menderita asma yang tak terpantau, kata laporan tersebut seperti dikutip Reuters Health. Hanya 34,9 persen pasien asma yang tak terpantau dan 26,4 persen pasien asma yang terpantau pernah menjalan rencana tindakan asma pribadi dari seorang dokter, katanya. Sebanyak separuh pasien asma yang tak terpantau dan 60 persen pasien asma yang tak terpantau menggunakan corticosteroid hirup dan beta-agonist tindakan-lama. Lebih separuh pasien asma yang tak terpantau dan hampir 30 persen pasien asma yang terpantau melaporkan mereka menjalani pengobatan asma mereka lebih sering daripada yang disarankan. Orang dengan usia lebih muda, ras Hispanik, pria, yang berpenghasilan lebih rendah, dan tingkat pendidikan yang lebih rendah memiliki hubungan tak terikat dengan peningkatan resiko penyakit yang tak terpantau, demikian juga dengan penyakit gastroesophageal, tekanan darah tinggi dan sinusitis kronis, yang dirujuk sebagai "GERD". "Studi REACT tersebut memperlihatkan bahwa sekalipun memiliki akses ke perawatan kesehatan, pasien yang dianjurkan menjalani terapi bagi asma sedang-hingga-berat tetap memperlihatkan angka tinggi penyakit asma yang tak terpantau," kata penulis studi itu. Hasil survei tersebut "menyoroti sangat perlunya" untuk melakukan evaluasi yang lebih seksama mengenai pemantauan asma, penerapan rencana perawatan asma, dan merawat kondisi yang juga ada guna meningkatkan perawatan asma pada pasien dengan penyakit asma sedang-hingga-berat. "Kami sedang meneliti sikap yang berkaitan dengan pemantau buruk asma dan berusaha mengembangkan nilai sikap asma REACT," kata Peters.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007