Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian memproyeksikan industri makanan dan minuman tetap menjadi salah satu andalan penopang pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional pada tahun 2018. 




Hal itu terlihat dari konsistensi kontribusi signifikan industri mamin terhadap produk domestik bruto (PDB) industri nonmigas serta peningkatan realisasi investasi, demikian keterangan pers Kemenperin yang diterima di Jakarta, Jumat.



"Untuk itu, pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan industri makanan dan minuman agar semakin produktif dan berdaya saing global. Apalagi, sektor ini basisnya nilai tambah sehingga proses hilirisasi perlu dijamin," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.




Kemenperin mencatat, industri mkanan dan minuman (mamin) menyumbang 34,95 persen PDB industri nonmigas pada Triwulan III-2017 atau meningkat empat persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sekaligus menjadi kontributor PDB industri tertinggi dibanding sektor lainnya.



Industri mamin juga berkontribusi sebesar 6,21 persen terhadap PDB nasional pada Triwulan III-2017 atau naik 3,85 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.



Dari sudut realisasi investasi, penanaman modal dalam negeri (PMDN) industri mamin mencapai Rp27,92 triliun pada Triwulan III-2017 atau meningkat sebesar 16,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, sementara untuk penanaman modal asingnya mencapai 1,46 miliar dolar AS.



Guna menjaga pertumbuhan sektor ini tetap tinggi, menurut Menperin, pihaknya terus mendorong pelaku industri mamin nasional agar memanfaatkan potensi pasar dalam negeri.



"Indonesia dengan memiliki jumlah penduduk sebanyak 258,7 juta orang, menjadi pangsa pasar yang sangat menjanjikan," tuturnya.



Di samping itu, industri mamin nasional semakin kompetitif karena jumlahnya cukup banyak. Tidak hanya meliputi perusahaan skala besar, tetapi juga telah menjangkau di tingkat kabupaten untuk kelas industri kecil dan menengah (IKM).



"Bahkan, sebagian besar dari mereka sudah ada yang go international," ungkap Airlangga.



Menperin pun menyatakan, pihaknya tengah memacu kinerja industri padat karya berorientasi ekspor. Untuk itu, Kemenperin mengusulkan penghitungan insentif fiskal berupa tax allowance berbasis pada jumlah penyerapan tenaga kerja.



"Regulasi ini sedang dibahas dengan Kementerian Keuangan, kami berharap tahun ini peraturannya bisa keluar," tegasnya.



Menperin juga mengapresiasi Coca-Cola Amatil Indonesia sebagai pelopor industri mamin di Indonesia yang produknya telah dipasarkan secara langsung kepada lebih dari 500 ribu pelanggan ritel baik di daerah perkotaan maupaun perdesaan.



Hingga saat ini, Coca-Cola Amatil Indonesia telah menyerap tenaga kerja sebanyak 11 ribu orang, dengan nilai investasi selama lima tahun terakhir (2012-2017) mencapai 445 juta dolar AS serta berkomitmen akan meningkatkan investasi hingga 300 juta AS dalam jangka waktu tiga tahun mendatang.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2017