Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah, Senin pagi, melemah 20 poin menjadi Rp8.970/8.980 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu sebesar Rp9.850/9.056, karena pelaku pasar masih melepas rupiah. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan rupiah masih tertekan, karena pelaku pasar lebih cenderung memegang dolar AS, menyusul makin mengecilnya tingkat differential suku bunga rupiah dan dolar AS. "Suku bunga acuan (BI Rate) yang terus bergerak turun hingga di level 8,50 persen mengakibatkan pelaku lebih suka membeli dolar AS," katanya. Rupiah, lanjutnya, merosot karena faktor eksternal bukan karena faktor fundamental makro Indonesia yang makin positif. "Investasi asing di dalam negeri pada kuartal pertama 2007 cenderung meningkat yang mendorong pergerakan sektor riil makin tumbuh," ucapnya. Apalagi yen, menurut dia, terpuruk terhadap dolar AS dan euro, sehingga pasar uang domestik makin tertekan khususnya rupiah. Meski pasar saham regional menguat, namun faktor positif itu kurang mendukung pergerakan rupiah yang masih terpuruk, katanya. Namun, menurut dia, rupiah masih berpeluang untuk menguat lagi, karena bank sentral AS (The Fed) yang semula berencana menurunkan suku bunganya dalam waktu dekat akan segera menaikkan suku bunga AS. "Hal ini disebabkan kecenderungan tingkat inflasi AS meningkat yang mendorong The Fed menaikkan suku bunganya untuk menekan inflasi," katanya. Mengenai yen, ia mengatakan ada perkiraan Bank Sentral Jepang (BoJ) akan menaikkan suku bunganya untuk memicu yen menguat yang selama ini terpuruk. Euro terhadap yen menguat menjadi 165,33 , terhadap dolar AS menjadi 123,42 yen. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007