Karangasem, Bali (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat aktivitas Gunung Agung memasuki fase kritis, karena gunung itu telah mengalami gempa tremor terus menerus (overscale) yang terjadi antara pukul 13.30 WITA hingga 14.00 WITA.

"Fenomena ini baru pertama kali terjadi dan kondisi ini menunjukkan Gunung Agung memasuki fase kritis," kata Kepala Bidang Mitigasi PVMBG, I Gede Suantika, saat dihubungi di Karangasem, Selasa.

Ia mengatakan, amplitudo gempa overscale ini melebihi 23 mm atau dikatakan mencapai titik maksimal yang terdeteksi dari rekaman seismograf di Pos Pantau Gunung Agung Desa Rendang.

Untuk ketinggian asap dari kawah Gunung Agung ini teramati masih berwarna kelabu kehitaman dengan ketinggian 4.000 meter dari atas kawah.

Oleh karena itu, Gede Suandika meminta masyarakat yang berada di Pos Pantau yang berada pada radius 12 km menjauhi tempat itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Gempa tremor terus menerus itu ditangkap dari seismograf yang kami pasang pada 11 titik yang terpasang di dekat Gunung Agung," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Berapi Wilayah timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, melalui pesan singkat "whatsapp" mengatakan, letusan ini merupakan krisis yang dialami Gunung Agung yang mengeluarkan energi terbesarnya.

"Berdasarkan seismograf tercatat amplitudo tremor terus menerus sudah `overscale` yang dimulai pada pukul 13.37 WITA, namun gempa ini sudah dimulai sejak pukul 13.32 WITA," katanya melalui pesan singkatnya.

Terkait data pembanding letusan Gunung Agung pada tahun 1963 dengan kondisi saat ini, pihaknya menilai tidak dapat dibandingkan karena dahulu alatnya tidak secanggih seperti saat ini. 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2017