Dili (ANTARA News) - Presiden Timor Timur Jose Ramos-Horta hari Selasa memerintahkan pasukan keamanan berhenti memburu tentara pembelot yang dituduh terlibat dalam gelombang kekerasan tahun lalu. Alfredo Reinado lari Agustus lalu beserta 50 narapidana dari penjara tempatnya ditahan atas tuduhan terlibat kekerasan tahun lalu, yang menewaskan 37 orang dan mengusir 150.000 orang dari rumah mereka awal tahun itu. "Saya sudah mendengar semua pihak, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan hari ini saya putuskan, gerakan polisi dan tentara pemburu Alfredo Reinado dan anggotanya dihentikan hari ini," kata Ramos-Horta kepada wartawan. Ia menyatakan jaksa agung sebaiknya membicarakan dengan Reinado tentang syarat penyerahan diri dan senjatanya ditengahi gereja Katolik. "Saya percaya pada keadilan bagi semua," katanya. Reinado mengatakan kepada kantor berita Inggris Reuters awal Juni bahwa ia secara pribadi akan mencari yang berada di balik kekerasan tahun lalu jika pemerintah menolak segera berunding dengannya. Reinado, mantan kepala polisi tentara Timor Timur, dituduh menyerang pos polisi dan melarikan 25 senjata otomatik. Ia menyatakan hanya akan menyerah jika partai berkuasa Fretilin tidak lagi memerintah dan tentara asing, yang didatangkan di Timor Timur setelah kekerasan tahun lalu itu, keluar dari negara tersebut. Ramos-Horta, penerima hadiah Nobel Perdamaian, yang bertahun-tahun di luar negeri sebagai jurubicara perjuangan Timor Timur untuk melepaskan diri dari Indonesia, menjadi presiden pada bulan lalu. Kemenangannya meningkatkan harapan akan ketenangan lebih besar di negara itu, yang masih berjuang memulihkan perpecahan sesudah lima tahun mendapatkan kemerdekaan resmi dari Indonesia. Timor Timur dijadwalkan mengadakan pemilihan anggota parlemen pada 30 Juni. Ramos-Horta hari Senin menyatakan sudah bertemu dengan seorang pengikut pemimpin pemberontak Mayor Alfredo Reinado dan ingin pemburuan atas buron itu dihentikan. Pemburuan itu dilancarkan pemerintahnya dan penjaga perdamaian pimpinan Australia pada Februari sesudah ia dan pengikutnya menyerang beberapa pos terdepan polisi perbatasan dan melarikan puluhan senjata mereka.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007