Jakarta (ANTARA News) - Menko Kesra Aburizal Bakrie prihatin atas meluasnya peningkatan jumlah terinfeksi HIV/AIDS di Provinsi Papua, yang kini tak lagi terbatas pada populasi berisiko tinggi, tetapi juga telah berdampak endemik di kalangan masyarakat umum, termasuk perempuan dan anak-anak. "Untuk mengatasi kondisi itu, pemerintah menyerukan dilakukannya `Gerak Ganda`," kata Menko Kesra dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu, berkaitan dengan program Diseminasi Hasil Survailans Terpadu HIV Dan Prilaku di Tanah Papua. Ia mengatakan, perkembangan penyebaran HIV AIDS di Tanah Papua sudah sangat memprihatinkan. "Analisis data menyimpulkan bahwa kita menghadapi low level generalized epidemic. Artinya, HIV di sana sudah tidak lagi terbatas pada populasi berisiko tinggi," katanya. Dalam beberapa tahun terakhir, kata Aburizal Bakrie, semua pihak yang peduli terhadap epidemik ganda AIDS dan narkoba di Indonesia sebenarnya sudah merasa sangat prihatin dengan makin meningkatnya prevalensi HIV yang ditemukan dalam surveillance di kalangan populasi berisiko tinggi di Papua. Mereka juga prihatin dan mencemaskan peningkatan jumlah infeksi HIV dalam masyarakat umum, termasuk ibu-ibu dan bayinya yang ditemukan melalui konseling dan testing HIV. "Walaupun sarana konseling dan testing HIV masing sangat terbatas, jumlah penderita AIDS per 100.000 penduduk (case rate) yang dilaporkan di propinsi Papua 15,4 kali lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata nasional. Sedangkan jumlah yang dilaporkan di Propinsi Papua Barat hampir tiga kali angka rata-rata nasional," ujar Menko Kesra. Menurut dia, kegiatan seksual, termasuk seks komersial, seks bebas antar teman dan seks dengan imbalan, merupakan pemicu potensial kejadian endemik HIV AIDS di Papua. "Itu berarti, kita harus melakukan `gerak ganda` di Papua. Di satu pihak, kita harus tingkatkan kegiatan penjangkauan, pendidikan dan pelayanan di kalangan komunitas berisiko tinggi. Pada saat yang sama, kita juga harus mengembangkan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan baru yang inovatif untuk memobilisasi masyarakat umum secara luas," katanya. Tujuannya, menurut dia, adalah untuk menggerakkan setiap orang di Papua agar Tahu, Mau dan Mampu melindungi diri dan orang lain terhadap penularan HIV, mengenali dan menolak stigma dan diskriminasi yang berkaitan dengan HIV AIDS dimanapun dan oleh siapa pun; meningkatkan perilaku mencari pelayanan kesehatan secara aktif; dan menyiapkan diri mengembangkan layanan dan dukungan berbasis masyarakat bila teman ataupun keluarga terinfeksi HIV. Ia mengingatkan, penanggulangan penyebaran HIV/AIDS secara nasional telah menjadi komitmen pemerintah. Penanggulangannya dilakukan secara terpadu, tanpa harus terpenggal-penggal. "Mungkin ada yang bertanya atau berpikir, mengapa harus sibuk mengurus Papua yang jauh daripada sebagian besar penduduk Indonesia lainnya. Apa yang terjadi di sana kan tidak akan berpengaruh pada sebagian besar orang Indonesia. Saya harus tegaskan di sini bahwa kita adalah satu keluarga," katanya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007