Serang (ANTARA News) - Bank Indonesia meyakini kenaikan peringkat risiko utang jangka panjang valas dan Rupiah dari Fitch Rating menjadi "BBB/outlook stable" dari "BBB-/outlook positive" mampu mendongkrak aliran modal asing (capital inflow) ke dalam negeri.

Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi usai Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Banten, di Serang, Kamis, mengatakan kenaikan peringkat tersebut merupakan bentuk kepercayaan atas terjaganya stabilitas perekonomian, serta penerapan kebijakan moneter yang terukur.

"Ini adalah kado akhir tahun. Dari sisi makroprudensial, kita mampu menjaga dari gempuran tekanan eksternal. Dari sisi moneter kita mampu menjaga stabilitas nilai tukar," ujar dia.

Rosmaya berseloroh bahwa kepercayaan investor akan melejit setelah kenaikan peringkat ini. Dia pun meyakini lembaga pemeringkat internasional lainnya seperti, Moody`s Service, dan Standard and Poor`s, memiliki peluang untuk turut meningkatkan peringkat utang Indonesia.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo memaparkan saat ini aliran modal asing yang masuk sejak Januari hingga pertengahan Desember 2017 mencapai 9,5 - 9,6 miliar dolar AS.

"Kalau dengan adanya `Fitch` menaikkan peringkat. Mudah-mudahan ini memberikan dampak positif buat modal asing kembali meningkat," ujar dia.

Sebelumnya, Fitch Ratings menaikkan peringkat risiko utang jangka panjang valas dan Rupiah Indonesia karena beberapa alasan.

Pertama, ketahanan ekonomi Indonesia dianggap kuat akan gejolak eksternal karena kebijakan makroekonomi yang konsisten dalam menjaga stabilitas ekonomi.

Hal itu terlihat dari kenaikan cadangan devisa Indonesia hingga 126 miliar dolar AS per November 2017 akibat kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel sejak 2013. Selain itu kebijakan moneter yang ditempuh selama ini dianggap bisa mengurangi volatilitas dana keluar (capital outflow).

Fitch juga menyoroti kebijakan makroprudensial yang mampu menahan banyaknya pinjaman korporasi dari luar negeri. Stabilitas makroekonomi tersebut dipandang karena kebijakan anggaran fiskal yang kredibel dalam beberapa tahun terakhir.

Alasan lainnya adalah upaya sinergi Pemerintah dalam reformasi struktural yang mampu meningkatkan iklim investasi, seperti tercermin dari meningkatnya peringkat Kemudahan Berusaha.

Hal ini juga mendorong penguatan sektor eksternal Indonesia seiring dengan meningkatnya aliran investasi langsung yang diperkirakan dapat menutup defisit transaksi berjalan dalam beberapa tahun ke depan.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2017