Pria dewasa sampai anak laki-laki terlihat mondar-mandir membawa bambu, kayu, dan material bangunan lain. Sebagian lagi, membongkar tenda pengungsian yang sudah usang dan memasangnya dengan kerangka bambu.
Para pengungsi dan juga dibantu relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) bahu membahu membangun hunian yagn lebih layak untuk pengungsi.
"Saat ini ACT fokus membangun 1.000 hunian sementara bagi pengungsi, karena biar bagaimanapun juga mereka butuh hunian yang layak dan nyaman," kata Manajer Program Global Humanity Response ACT Anca Rahadiansyah.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2017/12/30674128_Unknown.jpg)
Menurut Anca, pengungsi Rohingya sudah memasuki transisi pemulihan sehingga ACT sekarang fokus pada Program Pemulihan dan Rekontruksi untuk Rohingya.
Nantinya tak hanya hunian sementara, tapi akan dibangun sebuah kompleks pengungsian yang terdiri dari 10 blok. Masing-masing blok terdapat 100 unit shelter.
Setiap blok akan memiliki masjid dan madrasah yang akan memfasilitasi pengungsi untuk beribadah dan tempat bagi anak-anak pengungsi belajar.
Anca mengatakan, sudah ada sekitar 700 shelter yang sudah dibangun dan 500 unit diantaranya sudah ditempati para pengungsi.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2017/12/IMG_1094.jpg)
Shelter tersebut layaknya sebuah rumah yang memiliki kamar, ruang keluarga, serta dapur untuk setiap keluarga. ACT juga memfasilitasi 336 toilet umum dimana 100 toilet sudah bisa dipakai, juga 8 unit madrasah dan 8 unit masjid.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2017/12/IMG_1086.jpg)
"Saya bertugas untuk mendaftar nama-nama pengungsi dan mengaturnya dengan adil," kata Kafaetullah yang sebelumnya merupakan seorang guru di Myanmar.
"Kami juga ingin ucapkan terimakasih untuk Indonesia dan ACT" tambahnya.
Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2017