Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari mengatakan Departemen Kesehatan akan melakukan imunisasi flu burung jika dipandang perlu menurut rekomendasi tim ahli. "Misalnya saja kalau ada kejadian seperti di Garut atau Karo, dimana belum jelas apakah transmisinya dari hewan ke manusia atau sudah dari manusia ke manusia. Tapi keputusan itu tentu dibuat dengan rekomendasi dari ahli," katanya kepada pers di Jakarta, Jumat. Usai menyaksikan serah terima bantuan perlengkapan rumah sakit dari General Electric Healthcare untuk Departemen Kesehatan, Siti menjelaskan jika diperlukan vaksinasi flu burung nantinya paling tidak akan dilakukan pada radius satu kilometer dari lokasi kasus infeksi. "Kalau kasus seperti di Garut dan Karo terjadi, orang-orang di sekitar korban harus diimunisasi, paling tidak sampai yang berada di radius satu kilometer," katanya. Ia menambahkan pula bahwa untuk keperluan itu pemerintah telah menjalin kerja sama dengan perusahaan farmasi asing guna menyediakan dan memroduksi vaksin flu burung di dalam negeri. "Uji klinik vaksin dilaporkan sudah selesai, jadi mungkin Juli kita sudah bisa mulai. Tapi untuk imunisasi mungkin belum bisa," ujarnya. Di Karo, Sumatera Utara, pada Mei 2006 sebanyak tujuh pasien yang masih punya hubungan kekeluargaan dinyatakan positif terinfeksi virus flu burung H5N1 dan enam diantaranya meninggal dunia. Sementara pada Agustus 2006, sebanyak 18 warga Garut, Jawa Barat, diduga terinfeksi virus flu burung dan tiga di antaranya telah dinyatakan positif terinfeksi virus flu burung dan lima pasien di antaranya telah meninggal dunia sebelum sempat diambil sampel darahnya. Jumlah total kasus flu burung di Indonesia sendiri, sejak 2005 hingga 22 Juni 2007, tercatat sebanyak 100 kasus infeksi dan 80 kasus di antaranya berakibat kematian. Kasus tersebut, menurut Menteri Kesehatan, tersebar di 11 provinsi di Indonesia yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan dan Riau.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007