London (ANTARA News) - Seorang pejabat Iran mengatakan dua pelaku unjuk rasa yang sebelumnya dilaporkan tewas di kota Dorud pada Sabtu malam saat demonstrasi anti-pemerintah menjadi sasaran agen asing, bukan polisi.

"Bentrokan kekerasan terjadi dalam demonstrasi ilegal di Dorud pada Sabtu dan sayangnya dua orang tewas," kata Habibollah Khojastehpour, wakil gubernur Provinsi Lorestan, dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah pada Minggu.

"Tidak ada tembakan yang dilepaskan oleh polisi dan pasukan keamanan. Kami telah menemukan bukti musuh revolusi, kelompok Takfiri dan agen asing dalam bentrokan ini," tambahnya. Takfiri adalah istilah untuk militan Sunni khususnya kelompok IS.

Protes-protes di jalan raya melanda Iran untuk hari ketiga pada Sabtu, menyebar ke ibu kota Teheran dan kerumunan massa bentrok dengan polisi, menyerang sejumlah gedung negara, dan sebuah laporan media sosial mengatakan dua pengunjuk rasa ditembak hingga tewas di sebuah kota provinsi.

Gelombang demonstrasi anti pemerintah, dipicu sebagian oleh kekecewaan atas kesulitan ekonomi dan dugaan korupsi, paling serius sejak pergolakan beberapa bulan pada tahun 2009 yang terjadi setelah terpilihnya kembali Presiden waktu itu Mahmoud Ahmadinejad yang menimbulkan perselisihan.

Protes-protes pada Sabtu, pada kenyataannya, bersamaan dengan pawai-pawai yang ditaja negara di seantero Iran untuk menandai penumpasan akhir pergolakan pada tahun 2009 oleh pasukan keamanan, dengan beberapa peristiwa pro pemerintah di Teheran dan Mashad, kota kedua Iran.

Pawai-pawai pro pemerintah berlangsung di 1.200 kota, menurut laporan televisi negara.

Pada saat yang sama unjuk-unjuk rasa anti pemerintah terjadi juga di sejumlah kota dan di Teheran untuk pertama kali tempat para pemerotes bentrok dan melempari polisi anti huru-hara di sekitar universitas utama, dengan kerumunan massa pro pemerintah di dekatnya.

Video-video yang diunggah ke media sosial dari Dorud, kota di bagian barat, menunjukkan dua anak muda tergeletak di tanah tak bergerak, bersimbah darah, dan terdengar suara mereka ditembak hingga mati oleh polisi anti huru-hara yang menembaki para pengunjuk rasa.

Sejumlah pemerotes lain di video berteriak,"Saya akan bunuh siapa saja yang bunuh saudaraku!" Video tersebut, seperti yang diunggah selama gelombang protes, tidak dapat segera diketahui apakah otentik atau tidak.

Dalam tayangan sebelumnya, para pengunjuk rasa di Dorud berteriak,"Matilah diktator," merujuk kepada Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei.

Video media sosial dari Mashad memperlihatkan para pengunjuk rasa membalikkan sebuah mobil polisi dan motor-motor polisi dibakar.

Di Teheran, kantor berita semi resmi Fars melaporkan hampir 70 mahasiswa berkumpul di depan universitas utamanya dan melempar kayu-kayu ke arah polisi, juga meneriakkan,"Matilah diktator."

Foto di media sosial menunjukkan polisi anti huru-hara yang menggunakan pentungan membubarkan para pemrotes yang berpawai di jalan-jalan terdekat, dan menahan beberapa di antara mereka. Kantor berita mahasiswa ISNA melaporkan polisi menutup stasiun metro untuk mencegah lebih banyak pengunjuk rasa berdatangan, demikian Reuters melaporkan.

(Uu.SYS/G003/M007)

Pewarta: antara
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2017