Tokyo (ANTARA News) - Delegasi Indonesia dan Jepang Jumat malam menandatangani draft final naskah perjanjian kerjasama Economic Partnership Agreement (EPA) setelah menyelesaikan perundingan maraton mereka di Tokyo sejak Rabu. Raut wajah ketua delegasi RI Soemadi Brotodiningrat nampak cerah saat keluar dari ruang perundingan setelah penandatanganan di gedung Deplu Jepang di Tokyo tersebut. Keluar berbarengan dengan mitranya, Wakil Menlu Jepang bidang Ekonomi, Masaharu Kohno, Soemadi dan Staf Khusus Menteri Perdagangan (bukan staf ahli) Halida Mujani, langsung berpamitan dan bersama anggota delegasi Indonesia lainnya menuju kendaraan yang segera membawa rombongan meninggalkan gedung Geimusho (Deplu, Jepang, red). Masaharu Kohno dan Soemadi baru saja menandatangani draft final dari "record of discussion" atau naskah perundingan yang membuat perjanjian EPA selesai. Setelah itu akan dibawa ke fase "legal scrabbing" untuk dibuatkan naskah formal dalam bahasa hukum. "Tahapan 'legal scrabbing' ini untuk melihat lagi naskah perjanjian dalam format bahasa hukum. Setelah itu baru siap dibawa ke Jakarta," ujar Soemadi. Masaharu Kohno sendiri tidak banyak berkomentar. Seperti diplomat lainnya, Kohno mengatakan dengan nada umum bahwa Indonesia sangat berarti bagi Jepang dan perlunya kerjasama ekonomi kedua dipertahankan, bahkan diperluas. Sebelum dibawa ke Jakarta, naskah itu akan masuk tahap prosedur internal yang akan memakan waktu kurang dari dua bulan. Selanjutnya ditandatangani oleh masing-masing kepala pemerintahan, PM Shinzo Abe dan Presiden Soesilo Bambang Yudhyono pada pertenganan Agustus mendatang. EPA ini merupakan pertamakalinya bagi Indonesia, sementara bagi Jepang kesekian kalinya, setelah menandatangani dengan lima negara inti ASEAN, terakhir dengan Brunei Darusalam pertengahan Juni 2007. Naskah perundingan kali ini menyetujui proyek-proyek pengembangan kapasitas kerjasama teknis (cooperation capacity building), khususnya untuk bidang sentra pengembangan industri manufaktur yang dikenal dengan sebutan MIDEC (Manufacture Industrial Development Center). "Kerjasama teknis ini akan meliputi semua proyek dalam format kerjasama ini," ujar Soemadi. Menurutnya, ada tiga sektor utama yang menonjol dalam perundingan itu, yakni otomotif, mold & dies (pencetakan pelat), serta welding. Hal itu dikarenakan sebagian besar industri Jepang di Indonesia menyangkut tiga hal tersebut. Itu sebabnya Indonesia perlu membangun sentra industri pendukung di bidang tersebut.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007