Magelang (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari meluruskan penyebutan obat murah sebagai obat rakyat yang berkualitas dengan harga murah. "Itu obat rakyat yang murah dan berkualitas, bukan obat murah," katanya usai menyanangkan Santri Siaga dan meletakkan batu pertama pembangunan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) di Kompleks Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam, Tegalrejo, Kabupaten Magelang, di Magelang, Jateng, Sabtu. Ia mengatakan, obat murah belum tentu memiliki kualitas yang baik, sedangkan pemantauan kualitas obat rakyat selalu dilakukan pemerintah dalam hal ini pihak departemen kesehatan. Pihak produsen, katanya, tidak bisa memproduksi obat semau mereka sendiri karena harus memerhatikan masalah kualitas. "Kualitasnya dalam pantauan kami, jadi mereka tidak bisa semaunya saja, walaupun pemerintah tidak mengeluarkan uang sepeserpun," katanya. Ia menyebut banyak produsen obat rakyat seperti Indofarma, Kimiafarma dan Papros. Pihak PT Indofarma Tbk, dalam siaran pers ditandatangai Corporate Secretary Ahdia Amini yang diterima ANTARA Magelang menyebutkan telah meluncurkan obat rakyat murah berkualitas yang dikenal sebagai obat serba seribu (serbu) yang artinya harganya seribu rupiah, pada 8 Mei 2007. "Peluncuran sekaligus memperkenalkan 12 item obat serbu dari rencana 20 item obat yang dipasarkan ke masyarakat," katanya. Penyaluran obat serbu hingga saat ini telah ke seluruh Tanah Air melalui rekanan distributor. Ia mengatakan, sejumlah nama produk Obat Indo serba seribu rupiah antara lain obat penurun panas, Indo Obat Sakit Kepala, Indo Obat Batuk dan Flu, dan Indo Obat Batuk Cair.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007