Jakarta (ANTARA News) - Lima pemimpin pemuda Muslim Australia, Selasa, memulai kunjungannya ke Indonesia, sebagai bagian dari Program Persaudaraan Muslim Indonesia-Australia. Siaran pers Kedutaan Besar (Kedubes) Australia di Jakarta yang diterima ANTARA menyebutkan delegasi pemuda Muslim Australia itu mengawali kegiatan kunjungan mereka pada Selasa (26/6), dengan menghadiri peresmian Madrasah Al-Hidayah di Sukabumi, Jawa barat. Sekolah itu merupakan salah satu dari 2.000 sekolah yang didanai pembangunannya oleh Australia bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia, melalui Program Pendidikan Dasar (Basic Education Program). Selain itu, katanya, delegasi Muslim Australia dijadwalkan akan antara lain akan menemui para pemuka agama, tokoh politik dan masyarakat, untuk mengetahui lebih banyak mengenai peran agama, terutama Islam, dalam pembangunan di Indonesia. Saat acara peresmian sekolah, delegasi pemuda Australia ini berbincang-bincang dengan murid-murid madrasah untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman sebagai seorang Muslim di Australia dan Indonesia. Atase Kebudayaan Kedubes Australia, Fiona Hoggart, yang menghadiri acara pembukaan Madrasah Al-Hidayah itu mengemukakan sekolah tersebut merupakan program infrastruktur terbesar Australia di kawasan Asia Pasifik. "Program Pendidikan Dasar senilai 355 juta dolar Australia ini akan mendanai pembangunan dan perluasan 2.000 SMP Negeri dan Madrasah di 20 provinsi di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun ke depan," ujar Fiona Hoggart, seraya menambahkan, "Sekitar 1.000 sekolah diperkirakan rampung pada pertengahan 2008. Menurutnya, program pembangunan ini akan menciptakan ruang belajar bagi 330.000 anak berusia 13-15 tahun, dan menargetkan mereka yang berasal dari daerah-daerah miskin dan terpencil. "Masyarakat setempat menggunakan bahan bangunan lokal untuk membangun sekolah-sekolah tersebut," paparnya. Fiona Hoggart mengemukakan, "Indonesia memiliki program wajib berlajar sembilan tahun untuk setiap anak. Hampir dua juta anak Indonesia berusia 13-15 tahun tidak bisa bersekolah karena letak sekolah terlalu jauh atau tidak tersedianya tempat untuk sekolah." Di Sukabumi, ujarnya mencontohkan, terdapat kekurangan ruang belajar untuk sekitar 100 anak. Oleh arena itu, tuturnya, saat Madrasah Al-Hidayah telah selesai, 100 anak itu bisa meneruskan pendidikan ke tingkat menengah pertama. "Lokasi-lokasi sekolah ditentukan berdasarkan hasil penaksiran kebutuhan yang belum terpenuhi, tingkat pendaftaran sekolah dan keterlibatan masyarakat," ujar Fiona Hoggert menjelaskan. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007