Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menginginkan perbankan meningkatkan perannya dalam pembiayaan industri berbasis tebu. Deputi Gubernur BI Muliaman D Hadad, di sela-sela seminar prospek dan peluang pembiayaan industri berbasis tebu di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa peran perbankan dalam industri berbasis tebu belumlah besar karena minimnya gambaran atas industri ini. "Sebetulnya sudah banyak bank yang memberikan kredit ke industri gula, apalagi NPL (kredit bermasalah) yang rendah memberikan prospek yang baik pada industri yang berbasis tebu yang tidak hanya penghasil gula saja, tetapi juga turunannnya banyak seperti ethanol," kata Muliaman. Menurut dia, dalam catatan BI sekitar 32 bank telah membiayai industri tersebut dengan jumlah kredit Rp1,6 triliun, suatu jumlah yang dapat dikatakan cukup banyak, namun masih dapat terus ditingkatkan apabila melihat potensi pembiayaannya. "Setelah diberikan gambaran pengalaman dengan industri lainnya dapat memberikan cukup gambaran, dan bank mulai paham sehingga memberikan kredit yang cukup besar," harap Muliaman. Selain itu, lanjutnya, kredit bermasalah pun relatif kecil yakni 0,33 persen untuk perkebunan dan 2,11 persen untuk industri berbasis tebu dan turunannya. Muliaman juga mengungkapkan bahwa industri ini memerlukan dukungan penuh melalui kebijakan seperti kejelasan regulasi Amdal yang sesuai dengan kondisi industri tanpa mengorbankan aspek lingkungan," tegasnya. Peluang pembiayaan di sektor ini terbilang cerah karena industri ini memerlukan investasi Rp8,3 triliun selama tahun 2005-2010 baik untuk on-farm maupun off-farm di seluruh Indonesia. Namun dia mengingatkan bahwa untuk mengembangkan industri ini tidak hanya masalah pembiayaan saja, melainkan adanya persoalan teknis lainnya. "Persoalannya tidak pada pembiayaan saja, dan kita harus memikirkan aspek-aspek teknis yang juga menjadi tugas dari instansi lain, oleh karena itu perlu ada koordinasi," jelasnya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007