Sidoarjo (ANTARA News)- Pompa spillway (saluran pelimpah) yang mengalirkan luapan lumpur Lapindo ke Kali Porong, Kamis kembali aktif, karena sebelumnya, sempat tidak beroperasi kurang lebih enam jam, akibat banyaknya kotoran yang menyumbat sistem operasional. Menurut Operator Tim Spillway, Tyas Hadi Prastama, ditemui di lapangan, setelah dilakukan perbaikan dan pembersihan sistem operasi pompa selama dua jam, pompa itu kembali aktif pukul 11.30 WIB. Walaupun kembali aktif, namun tidak semua pipa dapat dialiri lumpur, karena dari tiga pipa hanya dua yang aktif. Walapun pipa sudah bisa mengalirkan lumpur ke Kali Porong, namun masih terdapat hambatan, yakni air yang mendaur lumpur menjadi cairan kerjanya kurang maksimal. Hal ini, kemungkinan terbatasnya pompa air yang menghubungkan Kali Porong ke tanggul lumpur, ucapnya. Untuk mengatasi hal tersebut, maka cairan yang menggenangi lumpur bagian lapisan dijebol, agar cairan tersebut masuk ke pompa spillway dan lumpur tidak cepat padat. Saat ini hanya ada dua unit pompa spillway. Idealnya, jika lumpur terdapat di tanggul segera mengalir ke Kali Porong, paling tidak ditambah menjadi 4-5 pompa. Penambahan pompa tersebut, akan membantu menurunkan debit lumpur yang terdapat di pinggiran tanggul, paparnya. Sementara itu, warga empat desa yang tergabung dalam gerakan masyarakat korban lumpur (Gempur 4 D), meliputi Desa Besuki, Pejarakan, Kedungcangkring dan Jabon, sampai saat ini belum mengizinkan penambahan pipa yang terdapat di pinggiran spillway untuk dihubungkan ke Kali Porong. Hal ini disebabkan, BPLS dan Lapindo Brantas Inc belum memberikan kepastian tentang tuntutan ganti rugi gagal panen di areal sawah yang digenangi lumpur di empat desa tersebut. Ketua Gempur 4 D, Ahmad Zakaria menyatakan, jika BPLS dan Lapindo Brantas mau menandatangani surat pernyataan kesediaan membayar ganti rugi gagal panen, maka warga segera akan mengizinkan pemasangan pipa itu, walaupun nantinya bagian ruas jalan di Desa Pejarakan harus ditinggikan akibat pemasangan pipa. Dari data BPLS menyebutkan, pipa yang tidak boleh dipasang oleh warga panjangnya 600 meter. Rencananya akan ditempatkan di sisi barat spillway. Pipa tersebut, nantinya akan mengalirkan lumpur dari pond ke Kali Porong dengan didorong oleh sejumlah pompa. Aksi warga melarang BPLS memasang pompa itu dilakukan pada tengah malam pukul 00.00 WIB. Kemungkinan petugas lapangan yang dikoordinasi BPLS mencari celah aktivitas yang dilakukan warga untuk memasang pipa-pipa tersebut. Jika pipa dipasang siang hari, kemungkinan warga akan protes. Namun warga tidak sebodoh itu, ditipu oleh BPLS dan petugas, sehingga warga tetap menjaga areal tersebut selama 24 jam.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007