Jakarta (ANTARA News) - Industri makanan dan minuman nasional diyakini tetap tumbuh positif pada 2018 yang  termasuk sebagai tahun politik dengan berlangsungnya Pilkada di berbagai wilayah di Indonesia.

Momentum Pilkada ini berpotensi meningkatkan konsumsi produk makanan dan minuman dalam negeri. Mudah saja, kerumunan massa yang ikut kampanye atau apel bersama sangat mungkin menjadi lapar dan haus, sehingga mereka memerlukan makanan dan minuman.

“Kami memproyeksi kinerja industri mamin tahun ini sebesar 8-9 persen, sebagai target moderat,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, usai acara Diskusi Media di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, laju industri makanan dan minuman pada triwulan III 2017 mencapai 9,46 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,06 persen di periode yang sama.

“Jadi, rata-rata kuartal I-III 2017, sektor ini diperkirakan sebesar 8,24 persen,” ujar dia.

Menurut dia, selama ini industri makanan dan minuman berkontribusi signifikan kepada pertumbuhan ekonomi nasional, terutama sumbangsihnya terhadap PDB industri nonmigas.

Pada triwulan III/2017, tercatat industri mamin memberikan hingga 34,95 persen atau tertinggi dibandingkan capaian subsektor lainnya.

Kemudian, sumbangan besar lainnya terlihat dari nilai ekspor produk mamin pada tahun 2017 mencapai 31,8 miliar dollar AS (termasuk minyak kelapa sawit). Adapun di luar minyak kelapa sawit, sebesar 11,5 miliar dollar AS.

“Sehingga neraca perdagangan mengalami surplus bila dibandingkan dengan nilai impor produk mamin pada periode yang sama sekitar 9,88 miliar dollar AS,” tutur Susanto.

Bahkan, kontribusi penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur didominasi industri makanan dan minuman sebanyak 3,3 juta orang atau sebesar 21,34 persen.

Sementara itu, pada periode Januari-September 2017, nilai investasi industri makanan dan minuman mencapai Rp27,9 triliun untuk PMDN, sedangkan nilai investasi untuk PMA sebesar 1,4 miliar dolar Amerika Serikat.

“Untuk itu, mutlak dilakukan sinergi program dan kegiatan antara pemerintah dan stakeholder dalam pengembangan industri makanan dan minuman nasional, mulai dari sektor primer sebagai penyedia bahan baku, hingga sektor industri pengolahan dan sektor moneternya,” kata dia.

Sedangkan, guna memacu daya saing dan mempercepat industrialisasi, diperlukan pula langkah strategis seperti mempermudah akses bahan baku, sistem logistik dan distribusi, serta kegiatan penelitian dan pengembangan.

Upaya ini juga mendukung dalam penerapan Industry 4.0.

“Industri makanan dan minuman kita sudah menyiapkan sarana-prasarananya, antara lain teknologi, infrastruktur yang mendukung, dan kompetensi SDM industri. Sehingga sektor ini lebih mampu kompetitif baik di pasar dalam maupun luar negeri,” kata Susanto.

Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2018