Ambon (ANTARA News) - Detasemen 88 Polda Maluku telah mengamankan sedikitnya 24 orang penari liar pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-XIV yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono, di Lapangan Merdeka Ambon, Jumat pagi. Juru bicara Presiden, Andi Malarangeng, kepada ANTARA mengatakan penari liar itu hanya satu kelompok kecil yang mencoba mengganggu jalannya acara, tapi aparat lebih sigap hingga mereka cepat diamankan. "Tidak perlu dibesar-besarkan. Yang jelas NKRI bagi masyarakat Ambon Maluku, merupakan harga mati, hingga kedamaian di Ambon tetap terpelihara," kata Andi. Informasi yang diperoleh ANTARA dari Polda Maluku menyebutkan para penari liar itu diamankan aparat, karena atraksi mereka di luar agenda panitia dan terindikasi mereka punya tujuan-tujuan tertentu dalam acara tersebut. Mereka kini diusut oleh Densus 88 guna mengungkapkan dalang di balik atraksi tarian Cakalele liar itu. Aksi ilegal ini sempat mengganggu acara Harganas karena tidak ada dalam agenda panitia. Kepala BIN Syamsir Siregar, Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Sudarmaydi Soebandi dan Kapolda Maluku Birgjen Pol. Guntur Gatot Setyawan langsung membubarkan aksi tarian Cakalele dan selanjutnya memerintahkan anak buahnya menggiring mereka ke luar arena Harganas untuk diusut lebih lanjut. Satu dari penari liar itu membawa bendera Republik Maluku Selatan (RMS). Sempat terjadi saling kejar hingga akhirnya mereka diamankan di Jalan W.R. Supratman dan digiring ke Mapolda Maluku. Polisi juga telah mengamankan pakaian dan barang-barang oknum penari yang dititipkan pada teras sebuah gedung. Presiden Yudhoyono langsung memerintahkan aparat keamanan untuk segera melakukan penyelidikan terhadap "tarian liar" yang diduga dilakukan oleh simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS). "Saya minta dilakukan investigasi," kata Presiden usai berlangsungnya atraksi tarian liar tersebut. "Kalau tujuan penari-penari itu lebih dari itu (di luar kewajaran), maka harus ada tindakan yang tegas," ungkap Presiden. Yudhoyono kemudian mengungkapkan bahwa beberapa hari yang lalu ia telah mendapat informasi tentang adanya kemungkinan kegiatan liar, di luar rencana Panitia Harganas. Data ANTARA di Polres P. Ambon dan P.P. Lease, oknum penari yang diamankan antara lain Frejon Saiya, Abraham Tahya, John Sinai, Pieter Sinai, Stevy Sinai, Nus Malawauw, Nelki Sinai, Yeye Teterissa, Marthen Saiya, Mercy Riri. Sementara di Polda Maluku, Barce Manuputty, John Saiya, Fredri Radjawane, Jordan Saiya, Josias Sinai, Peiter Saiya, Peiter Johanis, Arens Saiya, Justus Nanaryai, Samuel Hendriks, Johanis Saiya, Ruben Saiya, John Teterissa dan Fredy Akiharry. Sebagian besar oknum penari liar ini adalah bekas tahanan RMS yang terlibat pengibaran bendera RMS pada sejumlah tempat di Kota Ambon dan Pulau Haruku. Mereka sebagian besar berasal dari Desa Aboru, Kariuw, Haruku dan Sameth, Kabupaten Maluku Tengah. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2007