Damaskus (ANTARA News) - Pemerintah Suriah pada Rabu (14/2) membantah telah memiliki senjata kimia dan menyebut penggunaan senjata semacam itu "tidak bermoral dan tidak dapat diterima," menyusul peringatan keras oleh Prancis.

Saat Damaskus menepis kecurigaan adanya serangan klorin di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak termasuk Jama'ah Ghouta yang terkepung, konvoi bantuan pertama sejak November memasuki daerah kantong terkena dampak serangan itu di dekat ibu kota.

Bulan depan perang di Suriah akan memasuki tahun kedelapan dengan upaya diplomatik mengalami kebuntuan saat kekerasan bergolak di negara itu.

Baca juga: Suriah bantah laporan PBB soal serangan kimia

"Pemerintah Suriah secara kategoris membantah memiliki ... senjata kimia," kata Wakil Menteri Luar Negeri Faisal Mekdad, yang dikutip oleh kantor berita SANA.

"Kami menganggap penggunaan senjata semacam itu tidak bermoral dan tidak dapat diterima, apapun konteksnya."

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa memperingatkan bahwa negaranya akan melakukan serangan bila ada bukti bahwa rezim Suriah telah menggunakan senjata kimia yang dilarang terhadap warga sipilnya.

Menurut Washington, sedikitnya enam serangan klorin telah dilaporkan sejak awal Januari di daerah yang dikuasai pemberontak, mengakibatkan puluhan orang terluka, AFP.

Baca juga: PBB selidiki dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Monalisa
COPYRIGHT © ANTARA 2018