Jakarta (ANTARA News) - Meteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengatakan, kenaikan harga susu belakangan ini masih dalam batasan normal, sesuai kenaikan tiap tahunnya sekitar lima persen. "Saya rasa tiap tahun juga terjadi kenaikan sekitar lima persen. Itu masih kenaikan normal kalau dilihat dari tren harga," kata Mendag seusai mengikuti rapat kabinet terbatas di kantor Presiden Jakarta, Selasa. Menurut pantauan Departemen Perdagangan, kenaikan harga susu di tingkat ritel hanya sekitar 2-3 persen, kecuali di Denpasar Bali yang mencapai 10 persen. Kenaikan harga susu itu disebabkan tingginya harga bahan baku dalam bentuk susu bubuk "full cream" yang naik dari 280 dollar AS per ton menjadi 4.500 dolar AS per ton sejak Januari sampai Juli ini. Hal ini disebabkan musim kemarau di Australia. Namun menurut Mendag kenaikan harga bahan baku yang cukup tinggi itu tidak berarti harga susu di tingkat ritel juga naik tinggi karena produsen di dalam negeri sudah melakukan efisiensi. "Jadi produsen memperkirakan kenaikannya sekitar 5-10 persen dan itu akan naik secara bertahap sepanjang tahun ini," kata Mari. Untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku susu tersebut, tambahnya, pemerintah meminta agar produsen mulai meningkatkan investasi untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri dengan mengintensifkan pola kemitraan antara koperasi pengolah susu dengan peternak. Pemerintah juga meminta para produsen untuk mencari bahan baku susu kenegara lain selain Australia dan Selandia Baru untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Mari juga menjamin bahwa pasokan susu sampai saat ini masih cukup baik sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan terjadi kenaikan harga yang cukup tinggi. "Jadi konsumen tidak harus khawatir karena stok cukup. Dan produsen menjamin pada saat lebaran, natal dan tahun baru pasti lebih dari cukup. Dan jika pun naik maka kenaikannya tidak signifikan," katanya.

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007