Bandung (ANTARA News) - Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Adi Nugraha mengatakan, siswi Yayasan Fajrul Islam yang menjadi korban dugaan penelanjangan dalam kegiatan Polisi Siswa di SMAN 9 Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, membutuhkan psikiater untuk merehabilitas psikologinya yang mengalami depresi.

Sesuai dengan permintaan Yayasan Fajrul Islam dalam kesepakatan damai dengan SMAN9 selaku penyelenggara kegiatan Polisi Siswa, perlu ada rehabilitasi psikis terhadap siswa yang diduga mendapatkan perlakuan tidak senonoh itu, kata AKBP Adi di Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa.

Permintaan itu disampaikan dalam kesepakatan damai kedua sekolah untuk tidak melanjutkan masalah itu ke ranah hukum.

"Diminta pihak SMAN 9 merealisasikan permintaan Yayasan Fajrul Islam untuk menghadirkan psikiater," kata Kapolres.

Ketua Yayasan Fajrul Islam, Asep Ilyas, mengatakan menerima niat baik SMA Negeri 9 Tasikmalaya yang menyampaikan permohonan maaf terkait dugaan penelanjangan dalam kegiatan Polisi Siswa itu.

Asep menyampaikan, dugaan penelanjangan terhadap anak didiknya itu tidak terus berlanjut ke ranah hukum. "Masalah ini tidak ingin larut-larut ke hukum karena sudah ada maaf," katanya.

Ketua Perkumpulan Guru Madrasah (PGM) Kota Tasikmalaya, Asep Rizal, menambahkan, kasus tersebut dapat secepatnya diselesaikan dengan baik.

Namun Asep berharap kejadian serupa tidak terulang atau menimpa siswa lainnya.

"Kejadiannya sampai di sini jangan terulang lagi, islah jadi cermin komunikasi yang efektif," katanya.

Puluhan siswa SMP Terpadu dan MA Fajrul Islam mengikuti kegiatan pelatihan Polisi Siswa di SMA Negeri 9 Kota Tasikmalaya, Sabtu (17/2/2018).

Usai kegiatan itu, para siswi terdiri dari 10 siswi SMP dan 11 siswi SMA menyampaikan kepada pihak sekolah tentang adanya penelanjangan terhadap peserta.

Pewarta: Feri Purnama
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2018