Yogyakarta (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menyatakan akan memodernisasi seluruh peralatan pemantauan gunung api secara bertahap.

"Kita akan pelan-pelan memodernisasi peralatan pemantauan itu termasuk alat-alat untuk menganalisis bebatuan untuk memprediksi kapan kemungkinan erupsi," kata Jonan saat mengunjungi Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Jumat.

Menurut Jonan, kunjungannya ke BPPTKG Yogyakarta adalah untuk mengecek sejauh mana balai itu mampu memenuhi kebutuhan teknologi serta peralatan pemantauan gunung api di seluruh Indonesia.

"Di sini saya lihat rapi, tapi kalau modernisasi ya terus karena peralatan yang dulu yang hanya mekanis sudah harus dipasang sebagai artefak," kata dia.

Menurut dia, peralatan pengamatan gunung api selama ini merupakan hasil dari evolusi teknologi yang ada sehingga harus terus dimodernisasi sesuai perkembangan zaman. "Sekarang tidak lagi manual sudah pakai elektronika, GPS, atau fasilitas internet untuk memantau suhu di kawah," kata dia.

Menurut dia, untuk memodernisasi teknologi pemantauan gunung api di seluruh Indonesia secara serentak harus didukung penganggaran yang meningkat pula.

"Kalau mau dimodernisasi semua bisa tapi mungkin anggarannya juga harus dipadatkan dalam setahun," kata dia.

Sementara itu, Kepala BPPTKG Yogyakarta I Gusti Made Agung Nandaka mengatakan kunjungan menunjukkan keseriusan Menteri Jonan untuk mendorong peningkatan teknologi kegunungapian.

Menurut dia, Menteri Jonan akan memberikan bantuan sistem pemantauan aktivitas gunung api yang masih dibutuhkan. Berbagai sistem yang dibutuhkan di lapangan ada yang menggunakan sensor suhu dan sensor seismik.

"Beliau sendiri akan mengakomodir itu tapi jumlahnya berapa belum tahu. Untuk yang menggunakan sensor suhu kisaran harganya Rp10 juta per unit dan sensor seismik bisa mencapai Rp50 hingga Rp250 juta per unit.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2018