Denpasar (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro akan meresmikan sepuluh pusat pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di sejumlah daerah di Indonesia yang dipusatkan di Kabupaten Karangasem, Bali timur. "Peresmian PLTA itu akan disaksikan Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali dan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah pekan depan (Rabu, 11/7)," kata Humas PT PLN Distribusi Bali I Wayan Redika di Denpasar Kamis. Ia mengatakan, dari sepuluh PLTA yang diresmikan oleh menteri didampingi Direktur Utama PT PLN pusat Eddie Widiono dan General Manager PT PLN Distribusi Bali, Budiman Bachrulhayat, salah satu diantaranya berlokasi di Bali timur. Sedangkan sembilan PLTA lainnya tersebar di sejumlah propinsi di Indonesia yang dibangun oleh PT PLN, sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap masyarakat yang selama ini belum menikmati pelayanan listrik. Redika menjelaskan, PLTA hasil rehabilitasi PT PLN di lingkungan Dusun Jeruk Manis, Keluruhan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali timur berkapasitas 25 kilowatt (KW) yang pengelolaannya diserahkan kepada koperasi setempat. PLTA di kelurahan Karangasem itu awalnya dibangun masyarakat setempat sekitar tahun 1980, namun beberapa tahun kemudian tidak berfungsi akibat tidak dirawat dan dikelola dengan baik. "PLN membantu biaya perbaikan hingga beroperasi serta memberikan keterampilan kepada petugas untuk mengelolanya serta menjual listrik yang dihasilkannya kepada PLN untuk kembali disalurkan kepada masyarakat konsumen," ujar Redika. Pusat pembangkit listrik yang digerakan oleh air itu berkapasitas 30 meter kubik per detik dengan terjun ketinggian 15 meter. Potensi tersebut mampu menghasilkan 30 KW, namun secara efektif 25 kw. PT PLN Bali berupaya memanfaatkan potensi air, tenaga surya maupun menggunakan minyak jarak untuk menghasilkan energi listrik. Berbagai upaya dan terobosan yang sedang dirintis itu diharapkan mampu menjadikan Bali mandiri dalam memenuhi kebutuhan energi listrik. Bali selama ini memiliki persediaan energi listrik berkapasitas 580 MW yang bersumber dari pasokan kabel bawah laut dari Pulau Jawa 200 MW, pembangkit listrik Gilimanuk 130 MW, PLTD Pesanggaran 120 MW dan PLTG Pemaron 80 MW. Semua pusat pembangkit listrik tersebut menggunakan bahan bakar solar sehingga biaya operasional sangat besar. Adanya alternatif menggunakan bahan bakar nabati, tenaga air maupun tenaga surya diharapkan mampu mengurangi biaya produksi sehingga tarif listrik dapat ditekan serendah mungkin, harap Redika.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007