Kota Gaza (ANTARA News) - Tiga anggota sayap militer gerakan Hamas tewas, Kamis pagi, dalam baku tembak dengan pasukan Israel yang melancarkan operasi di Jalur Gaza. Enam pejuang Palestina lainnya cedera dalam baku tembak seru dengan pasukan dan tank-tank Israel yang melakukan operasi lintas perbatasan di pinggirran kamp pengungsi Maghazi, kata sumber-sumber medis dan militer. Dalam operasi itu sebuah pesawat menembak dan menewaskan dua anggota Brigade Ezzedin al Qassam, sayap militer gerakan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza sejak aksi kekerasan 15 Juni mengambil alih wilayah itu. Seorang pejuang lainnya kemudian tewas dalam baku tembak dengan pasukan Israel. Salah seorang dari mereka, Mohammed Siam, diidentifikasi sebagai pemimpin pejuang lokal, dan dua lainnya adalah Mohammed Dawidat dan Ahmed Kerimawi, kata kelompok itu dalam satu pernyataan. "Pasukan dan tank-tank yang melakukan operasi terhadap prasarana gerilyawan di Gaza tengah mengidentifikasi beberapa pejuang Palestina yang ditembaki oleh sebuah pesawat," kata seorang jurubicara militer Israel kepada AFP. Dengan tewasnya tiga orang itu maka jumlah orang yang tewas sejak meletusnya aksi perlawanan rakyat Palestina yang kedua menjadi 5.776 orang, sebagian besar mereka adalah warga Palestina, demikian menurut data AFP. Pada Rabu malam, pasukan darat melakukan operasi di Gaza utara mencederai dua pejuang Palestina yang berusaha menembakkan roket-roket ke pasukan Israel. Tujuh warga Palestna, termasuk dua warga sipil dan seorang pemimpin penting kelompok Jihad Islam tewas, Sabtu dalam dua serangan udara Israel di kamp pengungsi Maghazi dan kota Khan Yunis di daerah selatan. PM Israel Ehud Olmert mengemukakan dalam sidang mingguan kabinet bahwa serangan-serangan terhadap para pejuang akan dilanjutkan. Presiden Palestina Mahmud Abbas bulan lalu membubarkan pemerintah persatuan yang dipimpin Hamas ketika kelompok itu merebut dan menguasai Jalur Gaza, membentuk kabinet darurat. Hamas, yang Israel anggap sebagai organisasi teroris, tetap menguasai Gaza di mana pemerintah baru itu sekarang secara efektif tidak membebaskannya sehingga Palestina terbelah dua menjadi dua masyarakat yang terpisah. Hal in menimbulkan kekuatiran krisis kemanusiaan di Gaza di mana lebih dari 80 persen penduduknya tergantung pada bantuan asing yang kini sebagian bear dikirim melalui perbatasan yang dikuasai Israel yang hanya sebagian dibuka sejak pengambil alihan Hamas atas wilayah itu. Badan PBB untuk pengungsi Palestina memperingatkan bahwa bantuan sekarang memasuki Gaza terutama dari Israel tidak cukup untuk mencegah krisis kemanusiaan di wilayah pantai yang miskin itu.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007