Surabaya (ANTARA News) - Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengharapkan pergantian nama jalan di Surabaya menggunakan nama yang menyimbolkan kesundaan memutus sejarah kelam pascatragedi Pasunda Bubat yang terjadi pada tahun 1357 Masehi.

"Penamaan jalan ini juga menjadi tonggak awal sejarah baru rekonsiliasi etnik Sunda-Jawa," ujarnya di sela sambutan acara Rekonsiliasi Budaya Harmoni Budaya Sunda-Jawa di Surabaya, Selasa.

Pada hari ini, dilakukan pergantian dua nama jalan arteri di Kota Surabaya, yaitu Jalan Prabu Siliwangi menggantikan Jalan Gunung Sari sekaligus berdampingan dengan Jalan Gajah Mada.

Satu lagi adalah menggantikan nama Jalan Dinoyo dengan Jalan Sunda yang berdampingan dengan Jalan Majapahit.

Kehadiran Gubernur Ahmad Heryawan sebagai representasi rakyat Sunda di Jawa Barat dan Gubernur Soekarwo mewakili rakyat Jawa di Jawa Timur, kata dia, diharapkan semakin memulihkan tali persaudaraan untuk menjadi satu bangsa Indonesia yang bermartabat.

Sementara itu, Sri Sultan HB X juga menyampaikan bahwa DIY sendiri telah meletakkan nama Jalan Siliwangi, Pajajaran dan Majapahit menjadi satu kesatuan jalan dalam satu jalur, dari ruas Simpang Pelemgurih ke Jombor, diteruskan sampai di Simpang Tiga Maguwoharjo, serta dilanjutkan lagi hingga Simpang Jalan Wonosari.

Di sisi lain, Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyampaikan pergantian nama jalan menandai rekonsiliasi antara Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat sekaligus mengakhiri 661 tahun perselisihan antaretnis Sunda dan Jawa.

Menurut dia, rekonsiliasi ini sangat penting untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, khususnya antara etnis Sunda dan Jawa, sebab karena tragedi Pasunda Bubat, kedua etnis ini kerap berselisih dalam berbagai hal yang menyangkut hubungan kemanusiaan, seperti perkawinan, pendidikan dasar dan lainnya.

Sedangkan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengaku sepakat rekonsiliasi ini menjadi bagian penting untuk mempererat hubungan antara etnis Sunda dengan Jawa.

"Sampai saat ini, ada orang Sunda yang tidak mau disebut orang Jawa, padahal mereka tinggalnya di Pulau Jawa. Nantinya, disebut orang Jawa berbahasa Sunda," kata Kang Aher, sapaan akrabnya.

Baca juga: Nama jalan tandai rekonsiliasi Jatim-Jabar

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018