Solo (ANTARA News) - Sebanyak 1.000 pelajar dari tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Solo, Jawa Tengah, dijadwalkan pada 28 Juli 2007 melakukan demo membatik di kain secara bersama-sama di halaman Balaikota Surakarta. Aksi membatik ini dalam rangka memeriahkan Festival Batik Nasional, 28-29 Juli 2007 di Solo dan sekaligus untuk mengangkat kembali batik yang telah banyak ditinggalkan penggemarnya, kata panitia festival tersebut, Sasmiyarsi Sasmoyo di Solo, Jumat. Ia mengatakan, dalam acara tersebut juga akan digelar seminar nasional mengenai masalah batik, tanggal 28 Juli 2007 di Pendapi Gedhe Balaikota Surakarta, pameran batik, dan jelajah batik. Mengenai jelajah batik ini dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti tentang pembuatan batik yang ada di Solo, seperti di kampung Laweyan, Kauman, dan di Museum Batik Wuryoningratan. Menyinggung motif-motif batik, dia mengatakan, pameran kali ini mengenai motif batik juga termasuk yang akan diunggulkan. "Motif batik yang ada di Indonesia ini berbeda dengan di Malaysia, setiap motif batik yang ada di Indonesia mempunyai maksud dan ada filosofinya," katanya. Ia mengatakan, seperti kain batik motif cakar ini biasanya digunakan untuk melakukan siraman temanten, motif slobog dipergunakan sebagai layat orang meninggal dan lain-lain. Menyinggung masalah hak paten dan cipta batik yang sementara ini banyak diambil oleh negara lain, menurut Walikota Surakarta, Joko Widodo, Pemerintah Kota Surakarta tahun 2006 menganggarkan Rp200 juta dan tahun 2007 sebesar Rp300 juta untuk mematenkan dan hak cipta batik di Solo. "Kami akan menganggarkan terus setiap tahun untuk batik ini karena sangat penting, kalau tidak nanti bisa dipatenkan oleh negara lain," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007