Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan (Menhan) Australia Brendan Nelson menyatakan, keberadaan pasukan Australia di Irak bukan sebagai bentuk dukungan Australia terhadap invasi Amerika Serikat (AS) di Irak dan sekaligus mengamankan sumber daya energi minyak. "Kami sangat mendukung terbentuknya pemerintahan Irak yang demokratis dengan persetujuan PBB, hingga Irak mampu menciptakan keamanannya secara mandiri," katanya, dalam jumpa pers bersama Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono di Jakarta, Jumat. Nelson mengatakan, kehadiran Australia bersama negara lain seperti AS, dan Inggris salah satunya untuk melatih aparat keamanan setempat, hingga mereka dapat mewujudkan keamanan di Irak. "Saat ini, kami telah melatih sekitar 15.000 personil anggota pasukan di Irak," ungkapnya, menambahkan. Jika Australia menarik pasukannya dari Irak, dalam waktu dekat, dikhawatirkan akan tetap terjadi bencana kemanusiaan, konflik sektarian serta konflik yang ada bersama dengan Iran. "Tidak itu saja, penarikan mundur pasukan Australia juga akan menyuburkan kelompok Al Qaeda melancarkan aksi terorismenya. Tentunya ini akan berpengaruh terhadap stabilitas keamanan di Timur Tengah bahkan global termasuk Australia," kata Nelson. Tentang anggapan bahwa kehadiran Australia di Irak, salah satunya untuk mengamankan sumber energi di negeri seribu satu malam itu, ia mengatakan, semua pihak baik politisi, maupun medai massa hendaknya berhati-hati atas isi tinjuan strategis pertahanan Australia yang menyatakan, keberadaan pasukan Australia di Irak untuk mengamankan sumber energi dunia itu. "Tidak pernah ada keterkaitan antara keberadaan pasukan Australia di Irak dengan masalah sumber minyak. Masalah pengamanan sumber daya energi adalah masalah yang terpisah dengan keterlibatan Australia di Irak," katanya menegaskan. Nelson menambahkan, masalah keamanan sumber daya energi tentunya menjadi masalah internasional termasuk bagi Indonesia dan negara lainnya. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007