Jakarta (ANTARA News) - Sitor Situmorang, sastrawan Angkatan 1945 yang syair-syair puisinya merambah ke berbagai tema, mulai dari keindahan alam, politik hingga perempuan cantik, termasuk anti-gender. Hal yang terakhir itu tidak saja dibuktikan melalui karya sastranya, tetapi juga terhadap para cucunya. "Wah, saya hafal cucu saya seluruhnya ada sepuluh. Tapi, saya kalau ditanya berapa yang laki-laki dan perempuan, maka saya harus hitung dan ingat-ingat dulu. Ini bukti kalau saya anti-gender. Laki-laki maupun perempuan, saya sayangi semua," ujarnya sambil terkekeh-kekeh, dalam percakapan dengan ANTARA News di Jakarta, Jumat malam. Pria kelahiran Harianboho, Sumatera Utara (Sumut), 84 tahun lalu tersebut mengemukakan bahwa bermain dengan para cucu menjadi hal yang sangat menyenangkan karena mereka menjadi cermin masa lalu sekaligus masa depan. "Saya sering mematut-matut diri, rasanya cucu-cucu ada yang tabiatnya mirip saya di masa lalu. Saat yang sama, saya menyadari kalau mereka adalah penerus marga di masa mendatang," kata Sitor yang tiga tahun terakhir ini bermukim di kota Negeri Kincir Angin, Belanda. Lantas, Sitor menyatakan, sejumlah cucunya sering bermain-main menyembunyikan kacamata sang kakek karena mengetahui bahwa "opung" --bahasa Batak, yang artinya kakek-- mereka sangat memerlukan kacamata bila ingin membaca. "Mereka sering bertanya, mengapa kakek selalu ribut mencari dan memerlukan kacamata bila ingin membaca? Kalau sudah begini, saya jadi ingat pertanyaan saya ke Bung Karno, dan mendapatkan jawabannya saat ini," kata penulis lebih dari 1.000 syair puisi itu. Penulis buku "Toba Na Sae" tersebut mengemukakan bahwa dirinya pada suatu hari pernah bertanya ke Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno (Bung Karno), "Mengapa setiap kali Presiden ke mana-mana pasti ada seseorang yang mengikutinya sambil membawa kacamata? Bila Presiden perlu membaca, orang tersebut pasti memberikan kacamata, dan menyimpannya kembali saat selesai digunakan." Seseorang yang dimaksud adalah salah seorang ajudan Presiden. Presiden Soekarno, menurut Sitor, rupanya saat itu sempat tertegun, tetapi langsung berkomentar tanpa memberikan jawaban atas pertanyaannya. "Sitor, aku tidak perlu jawab kau punya pertanyaan. Percayalah, kau suatu saat akan mendapatkan jawabannya sendiri secara langsung," kata Bung Karno, seperti dikutip Sitor. Sang penyair pun mengakui ganti sempat tertegun menghadapi komentar Sang Presiden. "Ternyata, Bung Karno benar adanya. Saya mendapat jawaban langsung dari cucu-cucu. Ibarat kata, saya kena batunya. Ini yang membuat saya menyayangi semua cucu, dan tanpa membedakan gender," demikian Sitor Situmorang sambil tertawa. (*)

Pewarta: priya
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007