Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia harus hati-hati dalam menyikapi peringatan dari pemerintah Australia tentang kemungkinan adanya serangan terorisme dalam waktu dekat, kata pengamat Politik Internasional dari The Centre for Stategic and International Studies (CSIS), Bantarto Bandoro. Di Jakarta, Selasa, ia mengatakan bahwa pemerintah Indonesia sebaiknya tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi peringatan tersebut tetapi juga tidak mengabaikannya. "Untuk itu harus hati-hati. Jangan mengabaikan peringatan itu meskipun belum terbukti secara akurat tetapi juga jangan terlalu berlebihan," katanya. Ia mengatakan, peringatan yang dikeluarkan Australia merupakan upaya antisipasi kemungkinan aksi teror berikutnya, menyusul tertangkapnya teroris Abu Dujana oleh Polri di Jawa Tengah baru-baru ini. "Penangkapan tersebut membuktikan masih ada jaringan teroris yang aktif di Indonesia. Indonesia juga harus lihat kenyataan kalau kemungkinan akan jadi target serangan teroris masih ada," katanya. Menurut dia, peringatan yang dikeluarkan Australia terhadap kemungkinan munculnya serangan terorisme dan menganjurkan agar warganya tidak melakukan perjalanan ke Indonesia, memiliki segi positif bagi Indonesia. Peringatan tersebut, katanya, dapat menjadi pendorong bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kepercayaan negara asing terhadap situasi keamanan di Indonesia. Komitmen pemerintah Indonesia untuk memberantas terorisme dan menjaga kestabilan keamanan nasional harus diwujudkan, katanya. "Yang terpenting adalah komitmen kalau kita serius untuk perangi terotisme. Peringatan Australia ini akan menjadi perhatian negara-negara lain. Yang saya takutkan adalah ketika pemerintah Indonesia tidak memiliki komitmen yang kuat, maka dikhawatirkan akan ada peringatan dari negara lainnya," katanya. Bantarto mengatakan tidak dapat memastikan kondisi keamanan di Indonesia masih rawan atau tidak . Namun, katanya, penangkapan Abu Dujana menunjukkan bahwa gerakan teroris masih ada di Indonesia sehingga pemerintah harus tetap meningkatkan kewaspadaannya. Sebelumnya, Pemerintah Australia telah memperingatkan bahwa serangan teroris mungkin akan segera terjadi di Indonesia, termasuk di Bali. Pemerintah Australia menganjurkan warganya untuk mempertimbangkan perjalananan mereka ke Indonesia sejak serangan bom Bali pertama 12 Oktober 2002 , sehingga 88 warga Australia termasuk sekitar 202 orang yang tewas. Peringatan itu dibuat setelah ketua kelompok garis keras Islam, Jemaah Ilamiyah (JI) , Zarkasi dan pemimpin sayap militernya, Abu Dujana ditangkap oleh polisi Indonesia bulan lalu bersama dengan enam tersangka lainnya. Kendatipun penangkapan-penangkapan itu dianggap sebagai pukulan penting terhadap JI, seorang anggota yang tidak disebut namanya organisasi itu mengemukakan kepada jaringan televisi Al Jazeera berbahasa Inggris bulan lalu bahwa tidak adanya kepemimpinan malah dapat membuatnya lebih berbahaya. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007