Jakarta (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump meluncurkan serangan kedua kepada Amazon.com dalam sepekan lalu, menuduh retailer online terbesar di dunia itu mendapatkan tarif murah dari layanan pos AS dan tidak membayar cukup pajak.

Komentar Trump di Twitter pada Sabtu (31/3) itu mengulangi kritik yang dia buat pada Kamis (29/3) tentang perusahaan tersebut.

Komentar Trump tersebut kemungkinan didorong oleh laporan dari situs web berita Axios yang mengatakan bahwa dia terobsesi dengan Amazon dan mempertimbangkan cara untuk mengendalikan kekuatan perusahaan tersebut, mungkin dengan undang-undang antitrust atau persaingan federal.

Keprihatinan investor tentang tindakan Trump tersebut membuat saham Amazon turun 3,3 persen selama Rabu (28/3) dan Kamis (29/3).

"Sementara kami membicarakan ini, dilaporkan bahwa Kantor Pos AS akan kehilangan rata-rata 1,50 dolar AS untuk setiap paket yang diberikannya untuk Amazon. Jumlah itu mencapai Miliaran Dolar," cuit Trump pada hari Sabtu (31/3).

Analisis Citigroup tahun lalu menunjukkan bahwa jika U.S. Postal Service (USPS) merealokasikan biaya untuk memperhitungkan volume paket yang semakin banyak yang dikirimkannya, akan diperlukan biaya lebih dari 1,46 dolar AS untuk mengirim setiap paket.

Baca juga: Ada apa dengan Amazon sampai diserang habis-habisan Trump?

Sementara itu, regulator federal, yang meninjau kontrak yang dibuat oleh USPS, belum mengangkat isu terkait dengan ketentuan kontraknya dengan Amazon.

"Jika P.O. "tarif posnya meningkat, biaya pengiriman Amazon akan naik 2,6 Miliar Dolar"," cuit Trump, meskipun tidak jelas laporan apa yang dia kutip.

"Penipuan Kantor Pos ini harus dihentikan. Amazon harus membayar biaya riil (dan pajak) sekarang," lanjut Trump.

Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan pada hari Kamis (29/3) bahwa pemerintah saat ini tidak memiliki tindakan khusus terkait Amazon.

Trump juga menuduh Washington Post, yang dimiliki secara pribadi oleh CEO dan pendiri Amazon Jeff Bezos, menjadi "pelobi" untuk Amazon.

Surat kabar yang sering kali menjadi target kemarahan Trump tersebut memenangi Pulitzer Prize tahun lalu untuk penyelidikan kritis terhadap sumbangan Trump untuk amal, demikian dilansir dari Reuters.

Baca juga: Google, Amazon, Microsoft ternyata pernah sumbang dana pelantikan Trump

Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2018