Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), Lilik Kurniawan, mengatakan, permodelan bencana tsunami 57 meter Banten yang disampaikan peneliti Widjo Kongko merupakan materi mentah.

"Iya benar. Itu masih data mentah," kata dia, saat berbincang di sela klarifikasi mediasi ancaman tsunami Jawa Barat dan pernyataan sikap IABI, di Jakarta, Rabu.

Kegiatan itu dihadiri perwakilan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), peneliti, akademisi, organisasi kemasyarakatan, media, kepolisian, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan nelayan.

Menurut dia, sebagai materi mentah, seharusnya itu menjadi naskah akademik yang nantinya diolah BMKG untuk kepentingan strategis, dan seharusnya belum menjadi konsumsi publik karena memicu kepanikan warga.

Dalam kesempatan itu, dia mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam mengonsumsi materi kajian akademik dari para praktisi dan ahli, termasuk soal modeling tsunami 57 meter di Pandeglang. Memang ada sebagian masyarakat yang langsung bereaksi panik dengan informasi tersebut dan menyimpulkan akan terjadi bencana tsunami yang dahsyat.

Akan tetapi, kata dia, datangnya tsunami belum dapat diperkirakan waktu dan lokasinya sehingga kajian akademik dari Widjo Kongko itu sebaiknya tidak disikapi dengan kepanikan karena walau bagaimanapun pihak yang memiliki otoritas mengeluarkan peringatan bencana gempa dan tsunami adalah BMKG.

Terkait kajian akademik Kongko, Kurniawan tidak dapat berkomentar banyak karena belum menelisik lebih dalam mengenai penelitian permodelan ancaman tsunami 57 meter tersebut.

Dia mengatakan IABI segera melakukan kajian mendalam terhadap penelitian Widjo untuk selanjutnya mengeluarkan pernyataan sikap dalam waktu dekat.

Maka dari itu, masyarakat diminta untuk hanya mempercayai perihal peringatan dini tsunami dari BMKG. "Semua potensi mengenai tsunami, info resmi dari BMKG bukan dari pihak lain," kata dia.

Dengan kata lain, Kurniawan mengajak masyarakat untuk mendudukkan persoalan permodelan tsunami itu pada tempatnya, yaitu sebagai kajian akademik atau peringatan potensi tsunami. Jika terkait peringatan potensi tsunami, seharusnya masyarakat menggunakan rujukan dari BMKG.

Persoalan tsunami 57 meter yang diperkirakan akan melanda Pandeglang sempat menghebohkan warga di banyak tempat, salah satunya di Pandeglang. Warga menjadi resah akibat viralnya info itu sehingga ditengarai menjadi pemicu lesunya aktivitas nelayan dan ekonomi di salah satu pesisir di Banten itu.

Banyak nelayan di Pandeglang menjadi khawatir melaut karena informasi tsunami itu. Aktivitas pariwisata juga lesu karena kabar tersebut akibat warga banyak berkesimpulan bahwa kajian Kongko itu sebagai peringatan tsunami meski seharusnya kabar tersebut bukan menjadi acuan karena hanya BMKG yang berhak mengeluarkan peringatan dini tsunami.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2018