Jakarta (ANTARA News) - Pengadilan Moskow memutuskan untuk memblokir aplikasi pengiriman pesan Telegram di Rusia, setelah mereka menolak memberikan akses ke percakapan pribadi kepada badan keamanan, AFP melaporkan, Jumat (13/4).

Pengamat telekomunikasi Roskomnadzor, yang melayangkan kasus itu, sebelumnya meminta agar Telegram diblokir segera setelah vonisnya diumumkan.

Pendiri Telegram, Pavel Durov, sudah lama mengatakan dia akan menolak setiap upaya dari badan keamanan negaranya, Rusia, untuk mendapat akses backdoor ke aplikasi tersebut.

Aplikasi gratis, yang memudahkan orang-orang saling mengirim pesan, foto dan video dalam kelompok hingga 5.000 orang, itu telah menarik lebih dari 200 juta pengguna sejak peluncurannya pada 2013.

Telegram sangat populer di kalangan aktivis politik dari semua kubu, tetapi juga digunakan oleh ekstremis.

Pada September 2017 badan keamanan FSB meminta kunci enkripsi, kata Durov, memicu gugatan resmi ketika permintaan tersebut ditolak.

Durov menuliskan tahun lalu bahwa permintaan FSB "secara teknis tidak bisa dijalankan" dan melanggar Konstitusi Rusia yang memberikan hak legal kepada warga untuk memiliki privasi korespondensi, demikian AFP.

Baca juga: Rusia larang Telegram
Baca juga: Telegram capai 200 juta pengguna aktif bulanan
Baca juga: Telegram sempat menghilang dari App Store akibat konten pornografi

Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2018