Jakarta (ANTARA News) - Perangkat ponsel keluaran terkini, terutama untuk kelas mewah, memiliki lebih dari satu teknologi pengamanan demi melindungi perangkat sekaligus penggunanya.

Saat ini, teknologi perlindungan di ponsel terdiri dari model konvensional seperti kunci pin dan pola hingga yang terbaru, seperti pemindai sidik jari dan pengenal wajah yang memanfaatkan kamera depan ponsel.

Laporan dari Symantec mengenai keamanan siber, Norton Cyber Security Insights 2017, dari 1.336 responden asal Indonesia yang disurvei, 40 persen menggunakan pengamanan sidik jari, 34 persen menggunakan kunci pola dan 15 persen menggunakan pengenal wajah.

Sayangnya, meski pun merasa percaya diri karena sudah terlindungi, teknologi tersebut seringkali tidak diimbangi dengan kata kunci yang kuat. Dalam keterangan pers, Symantec menyebutkan konsumen menyatakan percaya diri, namun, mereka lebih rentan terhadap serangan karena mereka melindungi banyak perangkat dan layanan yang lebih baru.

Responden yang pernah mengalami kejahatan siber selama setahun terakhir mengaku 20 persen menggunakan password online yang sama untuk beberapa akun, 58 persen berbagi kata sandi mereka setidaknya untuk satu perangkat atau satu akun kepada orang lain.

Sementara itu, mereka yang tidak menjadi korban kejahatan siber, 16 persen menggunakan kembali kata kunci dan 33 persen berbagi kata kunci dengan orang lain.

Temuan lainnya, responden yang pernah menjadi korban kejahatan siber sebanyak 34 persen menuliskan kata kunci di selembar kertas, 19 persen menggunakan kata kunci yang berbeda dan menyimpannya di berkas ponsel atau komputer.

Sebagai perbandingan, responden yang tidak mengalami kejahatan siber sebanyak 12 persen melakukan hal serupa.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2018