Palangka Raya (ANTARA News) - Desakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah terkait kebutuhan helikopter pemadam kebakaran hutan dan lahan direspon cepat oleh Departemen Kehutanan dengan mengerahkan dua helikopter bantuan yang mulai operasional di wilayah setempat. Salah satu helikopter bantuan sewaan Dephut melalui Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) tersebut kini "stand by" di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya, dan bertugas melakukan pantauan titik panas (hotspot) dari udara seiring meningkatnya jumlah titik panas dalam beberapa pekan terakhir. "Helikopter ini telah ditugaskan untuk melakukan pantuan udara terhadap data-data hotspot dari satelit. Sementara helikopter satunya lagi merupakan helikopter khusus pembawa bom air (water bomb) yang juga segera datang ke Kalteng," kata Pilot Helikopter pemantau hotspot, Iptu Didik, di Palangka Raya, Selasa. Helikopter pemantau tersebut sebenarnya merupakan helikopter milik Polda Kalteng yang sengaja di BKO-kan untuk memantau hotspot dengan anggaran operasional dari Dephut. Sedangkan helikopter pemadam didatangkan dari Mabes Polri Direktorat Polisi Udara. Heli tersebut bertugas mengecek informasi terjadinya hotspot di suatu wilayah dengan melakukan survei dari udara, dan bila terjadi kebakaran maka helikopter pembawa bom air akan segera dikerahkan dengan mengangkut ratusan liter air. Dalam beberapa hari terakhir tercatat telah terjadi fluktuasi titik panas di Kalteng. Sejak tanggal 12-14 Juli lalu tercatat terjadi 16 hotspot yang semuanya berlokasi di Kotawaringin Barat, sedangkan pada 16 Juli tercacat tiga hotspot di Barito Utara dan Barito Timur. Survei titik-titik panas menggunakan helikopter pemantau itu sendiri akan dievaluasi tiap dua minggu. "Sementara hanya dua minggu operasional untuk kemudian dievaluasi, bila hotspot terus meningkat kemungkinan diperpanjang lagi," kata Didik. Ia mengatakan, helikopter pemantau dapat menjangkau hingga wilayah Pangkalan Bun dalam sekali terbang dan sedikitnya akan terbang selama dua jam setengah tiap hari operasional memantau titik panas. Heli pemadam hanya mampu beroperasi empat jam sehari yang sedikitnya mampu membawa 25-30 sorti "water bomb". Dengan dukungan pasukan darat, satu sorti pengemboman mampu memadamkan api seluas 150 hektar. Sementara Dephut sendiri dilaporkan masih melakukan pengadaan helikopter pemadam kebakaran yang kini memasuki tahap tender. Spesifikasi dari helikopter tersebut yakni mampu mengangkut 3.000 liter air, 15 hingga 20 orang, dan mampu terbang rendah. Nantinya, helikopter yang dibeli tersebut satu akan ditaruh di Jakarta, satu di Kalimantan, dan dua di Sumatera. Jika sudah melewati musim kering, maka satu helikopter akan ditempatkan di Papua untuk mengawasai "illegal logging".(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007