Jambi (ANTARA News) - Sekitar lima juta anak usia di bawah lima tahun (Balita) di Indonesia mengalami kurang gizi dan gizi buruk akibat berbagai masalah seperti kemiskinan, kekurangan pangan, maupun makanan tambahan. Angka tertinggi Balita yang menderita gizi buruk itu terdapat di kawasan timur Indonesia, selain karena tiga persoalan menonjol yakni kemiskinan, kekurangan pangan dan makanan tambahan, hal itu juga diperparah oleh minimnya pemberian air susu ibu (ASI), kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, Kaman Nainggolan di Jambi, Rabu. Nainggolan mengungkapkan hal itu menjawab pertanyaan wartawan setelah membuka rapat koordinasi ketahanan pangan dan pencanangan kader pangan PKK Provinsi Jambi, Rabu. Pemerintah mencemaskan lima juta Balita mengalami gizi buruk itu jika tidak ditangani serius, Indonesia ke depan akan dihadapkan sebuah dilema kehilangan generasi muda yang berkualitas. Sebab itu gerakan mengaktifkan Posyandu di Indonesia kini kembali dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kualitas dan efektifitas gizi keluarga, dan menggalakan peran kelembagaan untuk mewujudkan ketahanan pangan di luar beras. Misalnya mengembangkan pertanian tanaman pangan jenis umbi-umbian dan sayuran. Aneka makanan tambahan di luar beras mampu meningkatkan gizi yang baik seperti keladi dan ubi jalar mengandung protein tinggi, dan buah-buahan. Jepang hingga kini telah menetapkan 20 jenis makanan tambahan non beras terutama jenis umbian dan sayuran, seperti ubi jalar yang selama ini diimpor dari Indonesia dijadikan makanan "soba". Sementara Indonesia hingga kini masih bergantung pada beras akibatnya ketahanan pangan lemah, dan gizi buruk melanda Balita terus bertambah. Padahal beras yang mengandung karbohidrat tinggi jika dikonsumsi manusia berlebihan akan menimbulkan penyakit diabetes, ujar Nainggolan. Desa Mandiri Sementara itu, Gubernur Jambi H Zulkifli Nurdin selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, menjelaskan, daerahnya telah memantapkan ketahanan pangan melalui program Desa Mandiri Pangan di 20 desa. Selain itu sedang mempersiapkan penanganan daerah-daerah rawan pangan dan memperkuat modal usaha ekonomi masyarakat hingga pada 2006 telah digulirkan senilai Rp15 miliar. Untuk memperkuat ketahanan pangan di Jambi telah menetapkan dua kabupaten sebagai sentra sayur mayur yaitu Kabupaten Kerinci dan Kota Jambi, serta membina industri rumah tangga dan penanganan kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk bagi Balita. Sementara pertanian tanaman pangan fokus pada peningkatan produksi kedelai dan jagung dengan target hingga pada 2010 mencapai 20.000 ha, padi 209.673 ha, dan kentang 7.500 hektar.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007