Solo (ANTARA News) - Ribuan orang masyarakat dari berbagai daerah ikut menyaksikan prosesi tradisi Kirab Agung Keraton Surakarta dalam rangka Tingalan Dalem Jumenengan Ke-14 SISKS Pakoe Boewono XIII di Kota Solo, Sabtu.

Raja Keraton Surakarta Pakoe Boewono XIII dalam kirab agung dengan menunggang Kereta Kiai Garuda Kencana yang ditarik enam ekor kuda berada di belakang rombongan kuda yang dinaiki para kerabat dan petugas keraton mulai berangkat dari depan gedung Sasono Setinggil keluar keliling Kota Solo.

Pada kirab Agung Tingalan Dalem Jumenengan ke-14 SISKS Pakoe Boewono XIII, terlihat ribuan pengunjung memadati sepanjang jalan yang dilewati peserta kirab sejak dimulai dari Keraton Kasunanan Surakarta.

Bahkan, masyarakat yang ingin melihat langsung rela berpanas-panasan untuk menyaksikan prosesi kirab agung yang dimulai dari kawasan Sasono Sitihinggil hingga kelilingi Kota Solo atau rute mengelilingi keraton.

Menurut Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Dipokusumo dalam Kirab Agung Keraton Surakarta dengan menggunakan sebanyak 14 kereta kencana yang ditumpangi keluarga dan kerabat keraton, puluhan orang kelompok penunggang kuda, dan ikuti ratusan abdi dalem keraton.

"Pada kirab tahun ini, Raja PB XIII ikut dalam iring-iringan kirab, dan naik Kereta Kiai Garuda Kencana, yang pertama kali dipesan oleh PB VII, dan buatan sekitar 1836," kata Dipokusumo.

Namun, kereta saat dalam proses pembuatannya, PB VII wafat, dan kemudian diselesaikan saat Keraton Surakarta dipimpin oleh PB VIII. PB VIII belum sempat untuk menaiki kereta itu, karena wafat. Kereta Kiai Garuda Kencana pertama dinaiki oleh PB IX.

Dipokusumo apada acara kirab agung diikuti sekitar 4.000 peserta antara lain para sentana, abdi dalem, para tamu undangan dan keluarga keraton. Jumlah kereta dari keraton ada enam dan totalnya yang mengikuti kirab 14 kereta kencana.

"Jumlah kereta kencana itu, disesuaikan dengan Tingalan Dalem Jumenengan Ke-14 SISKS Pakoe Boewono XIII," katanya.

Menurut dia, acara kirab agung tersebut memang tidak diadakan setiap tahun, tetapi jika raja yang meminta. Sehingga untuk tingalan dalem jumenengan ini, merupakan permintaan dari raja.

"Kami berharap dengan adanya kirab agung itu, dapat menjadi salah satu upaya dalam mempertahankan budaya yang ada," katanya.

Selain itu, kata Dipokusumo dengan kirab ini, masyarakat juga dapat memanfaatkan terutama dalam menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata budaya di Kota Solo.

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2018