Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah pada transaksi antar bank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah sebesar 20 poin menjadi Rp13.963 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.943 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova di Jakarta, Senin mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah masih terpengaruh sentimen eksternal, salah satunya prospek kenaikan suku bunga The Fed.

"Sentimen eksternal masih mempengaruhi pergerakan rupiah, namun sentimen dari dalam negeri yang relatif kondusif menahan tekanan rupish lebih dalam," ujar dia.

Ia mengemukakan sentimen dari domestik yang menjaga fluktuasi rupiah yakni data defisit transaksi berjalan Indonesia pada triwulan pertama 2018 menurun, kondisi itu dinilai perekonomian Indonesia masih terjaga.

Bank Indonesia mencatat, defisit transaksi berjalan sebesar 5,5 miliar dolar AS (2,1 persen PDB) pada triwulan pertama 2018, lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 6,0 miliar dolar AS (2,3 persen PDB).

Ia menambahkan bahwa laju dolar AS juga cenderung tertahan apresiasinya menyusul imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang menurun. Di sisi lain, sejumlah data ekonomi Amerika Serikat yang di bawah estimasi pasar.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan data inflasi konsumen Amerika Serikat lebih rendah dari perkiraan sehingga meredam ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed secara agresif.

"Sentimen itu membuat dolar AS kehilangan dukungan," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (14/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.976 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.048 per dolar AS.

Baca juga: Indeks BEI merosot 31,49 poin

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2018