Tokyo (ANTARA News) - Dari seribu korban gempa dashyat yang mengguncang kawasan Niigata, Jepang, seorang di antaranya merupakan perempuan warga Indonesia, namun tidak satu pun WNI yang meninggal saat tragedi itu terjadi pada Senin (16/7) lalu. Penanggung jawab fungsi Konsuler KBRI Tokyo Amiradjab Harahap di Tokyo, Jumat mengatakan sampai saat ini pihaknya masih terus memantau dan melakukan pendataan terhadap warga Indonesia lainnya di daerah tersebut. "Kami terus bekerja sama dengan warga kita lainnya, juga warga Asia lain yang berada di sana untuk terus mendata WNI kalau-kalau ada yang belum kita ketahui nasibnya," kata Amiradjab. Perempuan yang mendrita luka ringan itu diketahui bernama Delvin Aguw, warga Indonesia yang bersuamikan warga Jepang. Sedikitnya ada 380 warga Indonesia yang bermukim di Niigata. Mereka umumnya adalah para mahasiswa yang melanjutkan studi pascasarjana baik S2 dan S3, dan juga para pekerja yang mengikuti program magang (kensuse). Di Kashiwazaki-Kariwa, daerah yang paling parah terkena dampak gempa, tercatat ada 15 WNI yang berdiam di sana, namun semuanya berada dalam kondisi selamat. Rumah-rumah yang ditinggali mereka terkena guncangan yang cukup kuat namun tidak sampai merubuhkan bangunan tersebut. Sebagai sikap antisipatif KBRI Tokyo juga menyiapkan tim yang siap diberangkatkan jika perkembangan terbaru membutuhkan penanganan yang lebih serius. Menurut kepala Fungsi penerangan KBRI Ronny Yuliantoro, kepastian tiadanya warga Indonesia yang meninggal diperoleh setelah bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) setempat. Gempa yang melanda Niigata merupakan gempa besar keempat yang dialami warga setempat dalam kurun waktu tiga tahun belakangan. Gempa yang berlangsung Senin (16/7) lalu berkekuatan 6,8 pada skala Richter dan menyebabkan sedikitnya sembilan orang tewas dan melukai seribu lainnya. Gempa juga menyebabkan kebocoran radioaktif di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terbesar di dunia itu. Pemerintah Jepang saat ini sudah menginstruksikan kepada Tokyo Electric Power Co untuk mengentikan sementara waktu operasional pembangkit listriknya itu, sampai penelitian terhadap dampak kebocoran selesai dilakukan dan tidak membahayakan masyarakat dan lingkungan sama sekali. Gempa dengan kekuatan yang sama juga terjadi pada 23 Oktober 2004 dengan korban tewas 67 orang dan melukai 4.800 warga lainnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007