Jakarta (ANTARA News) - Produsen telepon seluler (ponsel) Philips menargetkan jumlah penjualan selama satu semester atau hingga akhir 2007 mencapai 160.000 unit, dengan meluncurkan sebanyak 12 jenis seri ponsel terbaru. "Optimis penjualan rata-rata sebanyak 30.000 unit per bulan dapat terpenuhi, didorong kualitas produk dan makin luasnya jaringan penjualan mulai dari Aceh hingga Papua," kata Presiden Direktur PT Konten Indonesia Pratama (KOIN), Sarwono Wargono. PT KOIN merupakan perusahaan yang ditunjuk Philips Mobile sebagai distributor resmi ponsel Philips, untuk meningkatkan penjualan sekaligus layanan purnajual di Indonesia. Seri ponsel Philips yang diluncurkan hingga akhir 2007 yaitu seri Xenium 9@9d, 9@9e, 9@9f, 9@9g, 9@9h, 9@9r, 9@9r, 9@9s, 9@9w, serta ponsel sarat fitur S890, P588, P598, P292, P928. Sarwono menjelaskan, salah satu keunggulan ponsel Philips yaitu berlabel "Xenium", dimana memiliki baterai dengan waktu "standby" paling lama yang teknologinya tidak dimiliki ponsel-ponsel merek lain. Selain itu, ponsel Philips juga menggunakan bahan material berkualitas tinggi, dengan model dan fitur yang terus ditingkatkan. "Gencarnya penjualan, luasnya jangkauan jaringan serta jaminan purna jual yang memadai, diharapkan pangsa pasar ponsel Philips pada 2010 menempati lima besar di Indonesia," katanya. Ia mengakui, ponsel Philips kembali hadir di pasar seluler Indonesia pada 2002, namun dalam tiga tahun berikutnya (2003-2006) absen, karena kebijakan di tingkat global yang lebih memfokuskan pada produksi lampu Philips. "Sejak memulai meluncurkan produk pada April 2007, Philips fokus pada ponsel non generasi ke tiga (3G). Namun pada 2008 dipastikan memasuki lini produksi ponsel berbasis teknologi CDMA, termasuk ponsel 3G menyusul sudah "mature"nya pasar," ujar Wargono. Terkait daya tahan (standby) ponsel Philips yang mampu mencapai 30 jam, ia menjelaskan, keunggulan itu telah dicatat Musium Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori ponsel dengan daya tahan baterai terlama di Indonesia. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007