Jatinangor (ANTARA News) - Usai menggelar aksi unjukrasa gelombang kedua di halaman kampus IPDN Jatinangor, Sumedang, Senin sore menjelang petang, ratusan warga setempat dan sejumlah pengemudi ojeg melakukan arak-arakan keliling kota dengan meneriakan yel-yel "bubarkan IPDN". Aksi unjukrasa kedua kalinya yang dilakukan warga Jatinangor itu terkait dengan kematian Wendi Budiman (23) warga Kampung Ciawi RT 03/04, Cikeruh, Kecamatan Jantiangor, Kabupaten Sumedang, yang dilaporkan meninggal dunia dalam perawatan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada Minggu (22/7) petang, setelah dianiaya sekelompok pemuda yang diduga Praja IPDN. Sebelum melakukan pawai keliling kota meneriakan yel-yel pembubaran IPDN, perwakilan pengunjukrasa pada Senin sore sempat diterima oleh Plt Rektor IPDN Johannes Kaloh di ruang rapat IPDN. Dalam kesempatan itu Ade salah seorang perwakilan warga menyampaikan tujuh pernyataan sikap warga Jatinangor, yakni tuntutan permintaan maaf IPDN kepada keluarga korban, memberikan santuan kepada keluarga korban, meminta pertanggungjawabab IPDN atas kasus kematian warga, ada tindak lanjut atas kematian warga, meminta pertanggungjawaban moral dan materil, pihak IPDN harus kerjasama dengan polisi untuk mengungkap kasus kematian warga, dan warga menuntut pembubaran IPDN. Atas desakan warga itu Kaloh mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordiansi dengan polisi untuk menyelesaikan kasus tersebut dan pihaknya juga sudah mengutus pejabat IPDN untuk memberikan santuan kepada keluarga korban sebesar Rp5 juta. Mengenai pembubaran IPDN, Kaloh mengatakan pihaknya tidak berwenang untuk melakukan hal itu, namun pihaknya berjanji akan menyampaikan aspirasi tersebut kepada pejabat yang lebih atas. "Kami juga meminta maaf dan turut berduka cita kepada keluarga korban atas musibah tersebut dan pihaknya akan melakukan koordinasi dengan polisi guna menuntaskan kasus penganiayaan yang menyebakan seorang warga meninggal dunia," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007