Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menerbitkan surat berharga negara jangka pendek atau Surat Perbendaharaan Negara (SPN) sebesar Rp268,8 miliar pada 25 Juli 2007 melalui lelang SPN seri SPN2008052801 (reopening). "Jumlah penawaran yang masuk sebenarnya mencapai Rp2.658,8 miliar (Rp2,66 triliun) dengan yield terendah yang masuk mencapai 8,21875 persen dan yield tertinggi yang masuk 10,75 persen," kata Direktur Direktorat Surat Berharga Negara Ditjen Pengelolaan Utang Depkeu, Bimantara Widyajala, di Jakarta, Selasa. Namun pemerintah hanya memenangkan penawaran yang masuk sebesar Rp268,8 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,46126 persen. Surat berharga negara itu akan jatuh tempo pada 28 Mei 2008. Menurut Bima, rendahnya penawaran yang dimenangkan antara lain berkaitan dengan menurunnya aktivitas perdagangan surat berharga negara pada Juli 2007 ini. "Pada Mei 2007, aktivitas perdagangan surat berharga negara mencapai sekitar Rp8 triliun per hari, pada Juni mencapai Rp7,8 triliun, namun pada pertengahan Juli turun menjadi tinggal sekitar Rp3,8 triliun," jelasnya. Menurut dia, penyebab menurunnya perdagangan surat berharga negara itu kemungkinan karena masih adanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap kondisi suku bunga karena pengaruh kondisi di Amerika Serikat. "Ada kekhawatiran penurunan penjualan housing di AS, di sisi lain ada kekhawatiran inflasi meningkat. Ini membuat pelaku pasar hati-hati," katanya. Menurut Bima, hingga saat ini masih ada kelebihan likuiditas di pasar, namun daya tariknya sedang bergerak ke pasar saham, bukan ke surat berharga negara. "Meski demikian tidak tertutup kemungkinan daya tarik akan kembali ke surat berharga negara karena pasar sangat dinamis. Jadi tidak tertutup kemungkinan pada Agustus 2007 akan kembali ke surat berharga negara," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007