Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik mencatat subsektor tanaman perkebunan rakyat salah satunya dipengaruhi dari kakao mengalami kenaikan tertinggi sebesar 0,64 persen terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) pada Mei 2018.

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konferensi pers di Gedung BPS Jakarta, Senin, mengatakan kenaikan tertinggi NTP terjadi di Provinsi Sulawesi Barat yang disebabkan kenaikan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, khususnya komoditas kakao yang naik sebesar 7,11 persen.

"Tanaman perkebunan rakyat meningkat 0,64 persen karena indeks harga yang diterima naik lebih tinggi daripada yang dibayar, karena ada kenaikan harga untuk kakao, karet dan tembakau," kata Kecuk.

Ada pun NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Semakin tinggi NTP, secara realtif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

BPS mencatat NTP nasional pada Mei 2018 sebesar 101,99 atau naik 0,37 persen dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 101,61.

Meskipun kenaikan NTP Mei 2018 terhadap April 2018 terbilang tipis, namun kenaikan ini terjadi di seluruh subsektor pertanian, yakni tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan dan perikanan.

Secara rinci, kenaikan NTP pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,30 persen; hortikultura sebesar 0,02 persen; tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,64 persen; peternakan sebesar 0,48 persen dan perikanan sebesar 0,59 persen.

Kecuk menjelaskan kenaikan NTP pada Mei 2018 dikarenakan indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,61 persen, lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,24 persen.

"Kenaikan di tiap subsektor ini umumnya karena indeks harga hasil produksi pertanian mengalami kenaikan lebih besar dibandingkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian," kata Kecuk.

Ia menambahkan kenaikan NTP tertinggi pada Mei 2018 terjadi di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 2,23 persen; sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau sebesar 1,92 persen.

Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada Mei 2018 terjadi kenaikan sebesar 0,32 persen menjadi 111,38 terhadap April 2018.

Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di seluruh subsektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.

Secara nasional, pada Mei 2018 terjadi inflasi pedesaan di Indonesia sebesar 0,19 persen yang disebabkan naiknya indeks di seluruh kelompok penyusun Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dengan kenaikan tertinggi pada kelompok sandang sebesar 0,68 persen.

Baca juga: BPS: Inflasi Mei 0,21 persen, dipengaruhi kenaikan harga tiga komoditas

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Monalisa
COPYRIGHT © ANTARA 2018