Panmunjom (ANTARA News) - Perundingan militer tingkat tinggi di antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut), Kamis, gagal mencapai kesepakatan menyangkut perbatasan laut yang disengketakan. "Kami sampai pada satu kesimpulan bahwa kami tidak perlu lagi perundingan-perundingan yang tidak berhasil ini," kata Ketua Delegasi Korut, Letjen Kim Yong Choi, pada hari ketiga dan terakhir pertemuan di desa yang menjadi lokasi gencatan senjata, Panmonjom, Korsel. Dengan muka merah dan bernada suara tinggi, Kim mengecam Korsel, karena menolak membicarakan penggantian Garis Perbatasan Utara (NLL) di Laut Kuning dengan satu perbatasan maritim baru, dan ia menyebut garis perbatasan sekarang tidak sah. Garis Perbatasan Utara, yang ditetapkan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir Perang Korea 1950-1953, merupakan satu titik api yang rawan dalam tahun-tahun belakangan ini karena Korut menolak mengakuinya. Enam tentara Korsel tewas dalam baku tembak dengan tentara Korut pada Juni 2002 di daerah itu, dan pada Juni 1999 insiden yang serupa menewaskan lusinan pelaut Korut. Korut mengatakan, kapal-kapal perang Korsel terus memicu ketegangan dengan melakukan pelanggaran perairannya di daerah itu, namun serangkaian tuduhan itu dibantah pihak Seoul, ibukota Korsel, sebagai hal yang tidak beralasan. Pertemuan tingkat jenderal itu bertujuan untuk membicarakan usaha-usaha mencegah bentrokan lebih lanjut dan masalah-masalah keamanan. Pertemuan itu diselenggarakan pada saat perbedaan ketegangan yang luas setelah Korut menutup reaktor yang memasok program senjata nuklirnya. Tapi, Korsel menolak desakan Korut bahwa pertemuan itu harus diselenggarakan untuk menetapkan kembali perbatasan laut guna menghindari insiden-insiden angkatan laut lebih lanjut. Korsel mengatakan, kedua pihak harus menangani masalah-masalah yang lebih mudah diselesaikan, seperti pembukaan satu hubungan telepon langsung antara para komandan Angkatan Laut untuk mencegah konfrontasi-konfrontasi senjata. "Sangat disesalkan bahwa kami telah merampungkan perundingan tiga hari dengan tanpa hasil-hasil konkret," kata Mayjen Jung Seung Jo, Ketua Delegasi Korsel kepada Kim. Jung mengacu pada tuntutan Korut, agar Korsel membatalkan Garis Perbatasan Utara dan menetapkan satu perbatasan laut yang baru. "Pihak anda tetap menuntut ini kendatipun pihak anda tahu dengan sangat jelas bahwa pihak kami tidak dapat menyetujuinya," katanya. Dua jenderal itu meninggalkan ruang pertemuan tanpa berjabat tangan atau menetapkan tanggal untuk pertemuan mereka mendatang. "Saya telah dengan sabar menunggu, tapi sikap Korsel mengingatkan saya tentang dongeng Aesop mengenai seorang pembohong," kata Kim, tanpa menjelaskan lebih jauh. Delegasi-delegasi kedua negara itu juga membicarakan daerah penangkapan ikan bersama di sekitar perbatasan itu, dan memberikan jaminan keamanan militer bagi kereta-kereta api lintas perbatasan, proyek-proyek kerjasama sama jalan dan ekonomi. Kereta api dari kedua negara melintasi perbatasan yang dijaga ketat pada 17 Mei dalam satu ujicoba perjalanan bersejarah. Korsel menginginkan pelayanan reguler untuk membantu hubungan ekonomi yang meningkat tapi Korut tidak ingin memberikan jaminan keamanan. Korut mengusulkan pembentukan satu zona penangkapan ikan bersama di daerah selatan perbatasan laut itu, sementara Korsel menginginkan zona itu di sepanjang garis perbatasan itu. Korut juga menuntut, agar kapal-kapal kargonya diizinkan mengambil jalan pintas pulang melalui jalur itu, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007