Yogyakarta (ANTARA News) - Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Kepolisian Resor (Polres) Sleman, Komisaris Polisi Kristiono, mengatakan bahwa tidak ditemukan bom atau benda mencurigakan lain di kampus Akademi Keperawatan (Akper) Panti Rapih Yogyakarta yang diancam akan diledakkan oleh seorang penelepon gelap pada Jumat pagi. "Gedung Akper Panti Rapih berlantai tiga yang berlokasi di Jalan Kaliurang Km 14, Ngemplak, Sleman itu dinyatakan aman dan bisa dibuka kembali," katanya kepada wartawan, Jumat siang, setelah pihak kepolisian setempat melakukan pemeriksaan di kampus Akper Panti Rapih tersebut. Penyisiran dan pemeriksaan tiga lantai gedung Akper Panti Rapih itu dilakukan 15 personil dari Tim Gegana Polda DIY dibantu tim pengamanan dari Polsek Ngemplak dan Polres Sleman. Polisi memasang "police line" serta mengevakuasi seluruh mahasiswa, dosen dan karyawan perguruan tinggi tersebut. "Tidak ditemukan bom seperti yang yang disampaikan penelepon kepada pihak Akper Panti Rapih," katanya. Setelah polisi menyatakan kampus tersebut aman, para mahasiswa yang tinggal di asrama langsung masuk kembali, sedangkan mahasiswa lain memilih pulang karena kegiatan akademik di Akper Panti Rapih setelah ada ancaman bom diliburkan. "Meski tidak ditemukan benda mencurigakan atau bom, polisi masih akan terus melakukan penyelidikan," katanya. Sebelumnya pada Jumat pagi Akper Pantai Rapih Yogyakarta diancam bom oleh seseorang yang mengaku anak buah Abu Dujana. Ancaman akan diledakkan dengan bom itu disampaikan melalui telepon yang diterima oleh Kabid Pembinaan dan Alumni Akper Panti Rapih Yogyakarta, Ignatius Gonggo Prihatmono sekitar pukul 08.30 WIB. "Penelepon saat itu menyatakan, saya anak buah Abu Dujana, dan dia memerintahkan agar mengeluarkan semua mahasiswa karena gedung akan diledakkan," kata Gonggo menirukan ucapan penelepon. Di kampus saat itu terdapat 30 mahasiswa yang sedang berada di laboratorium keperawatan, 40 mahasiswa menghuni asrama di lantai tiga dan 40 karyawan yang mulai bekerja. "Setelah berkonsultasi dengan direktur, akhirnya semua penghuni kampus saat itu dievakuasi ke luar gedung. Sebenarnya tidak ada alasan apa pun untuk menjadikan Akper Panti Rapih sebagai obyek pengeboman karena yang kuliah di sini dari berbagai agama," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007