New York (ANTARA News) - Orang yang melakukan tindakan untuk memelihara kesehatan pembuluh darah dan jantung mereka mungkin juga melindungai otak mereka, karena penyakit jantung berhubungan dengan kemerosotan mental, demikian hasil studi beberapa peneliti Inggris. Orang berusia lanjut yang menderita sakit jantung dan urat darah memperlihatkan kecenderungan lebih tajam dalam fungsi kognitif mereka selama masa empat tahun dibandingkan dengan orang yang sebaya dengan mereka dan memiliki jantung sehat, kata Dr. Snorri Bjorn Rafnsson dari University of Edinburgh. Meskipun saat ini tak mungkin untuk mencegah Alzheimer, menurut dia, terbuka kemungkinan untuk mencegah apa yang disebut "vascular dementia", penyebab utama lain gangguan mental pada orang yang berusia lanjut. Rafnsson mengatakan, temuan timnya tersebut menawarkan "suatu jenis harapan bahwa jenis masalah ini dapat dipatau dan dikendalikan pada masyarakat yang jumlahnya bertambah". Para dokter secara khusus telah memikirkan mengenai "vascular dementia" sebagai suatu konsekuensi serangan "stroke" lebih dari satu kali, tapi bukti bertambah bahwa jenis penyakit jantung dan pembuluh darah juga mungkin merenggut korban dalam fungsi kognitif, kata Rafnsson dan rekannya di dalam jurnal Psychosomatic Medicine. Untuk lebih memahami hubungan antara berbagai jenis sakit jantung dan pembuluh darah dan fungsi mental, maka para peneliti menyelidiki 452 orang berusia lanjut selama empat tahun, sebanyak sepertiga dari mereka terserang setidaknya satu jenis penyakit jantung dan pembuluh darah --seperti "angina", "stroke" atau "intermittent claudication", atau berkurangnya aliran darah di kaki akibat mengerasnya pembuluh darah. Orang-orang yang telah mengalami "stroke" selama masa tindak-lanjut memiliki kecenderungan lebih besar dalam penampilan ingatan verbal dibandingkan dengan mereka yang tidak, sementara orang yang menderita penyakit pembuluh darah luar --yang berarti penyakit pembuluh darah di wilayah selain jantung dan otak-- juga memperlihatkan kemerosotan lebih-dari-rata-rata dalam fungsi kognitif. Hasil tersebut dipandang benar bahkan setelah para peneliti itu memperhitungkan faktor lain yang berhubungan dengan sakit jantung dan fungsi mental, seperti depresi. Tampaknya, kata Rafnsson dalam suatu wawancara, faktor yang memberi sumbangan kepada "atherosclerosis" juga terlibat dalam kemerosotan mental. Berkurangnya aliran darah akibat "atherosclerosis" di dalam pembuluh darah yang memasok otak --serta yang berada di dalam otak sendiri-- mungkin secara bertahap mengikis fungsi kognitif. Para dokter mesti memantau pasien dengan sakit jantung dan pembuluh darah untuk mengamati kemerosotan kognitif, tambahnya, sementara setiap pengobatan yang dapat membantu "mengekang kemajuan `atheroseclerosis`" --misalnya, statin bagi kolesterol tinggi-- sangat mungkin membantu mencegah kemerosotan mental juga. "Apa pun yang membawa kepada kesehatan jantung dan pembuluh darah yang lebih baik, lebih mendukung tingkat faktor resiko sakit jantung dan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, kolesterol-- semua ini tampaknya berdampak pada otak, aliran darah ke otak, fungsi pembuluh darah, dan akhirnya fungsi kognitif," katanya, seperti dikutip Reuters Health. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007