Tokyo (ANTARA News) - Betapa terkejutnya Dubes RI untuk Jepang Jusuf Anwar ketika menyaksikan stand Indonesia, diwakili oleh Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia cabang Lampung, ternyata kosong tidak berisi perangkat apapun kecuali satu unit meja panjang dan beberapa kursi dan setumpuk brosur dari AEKI. Kejadian itu terjadi ketika Dubes Jusuf Anwar bersama beberapa duta besar lainnya menyempatkan diri berkeliling di arena eksibisi usai acara pembukaan Konferensi dan Eksibisi Kopi Dunia yang berlangsung di Tokyo Big Sight Complex, Selasa. Perasaan kecewa segera saja menyergap mantan menteri keuangan itu, karena dirinya baru saja berbicara mengenai kegiatan industri kopi nasional dan prospeknya atas permintaan panitia penyelenggara. Pihak panitia merasa perlu memperkenalkan duta besar dari negara-negara pengekspor kopi dunia yang berada di Jepang, termasuk Indonesia. "Ini sepertinya menunjukkan secara terbuka bahwa Indonesia memang tidak serius dalam berbisnis," ujar Jusuf Anwar tanpa bisa menahan rasa kecewanya. Saat itu dubes memutuskan untuk menunggu sekaligus berharap kalau rombongan Indonesia hanya terlambat beberapa menit saja. Dubes berasumsi kalau berpameran di Jepang pasti akan menyesuaikan diri dengan kebiasaan Jepang yang tidak mengenal kebiasaan terlambat. Bersama ajudan dubes menunggu sekitar lima belas menit tanpa beranjak dari stand Indonesia. Selama itu waktunya dimanfaatkan juga untuk membandingkannya dengan stand lainnya yang memang dibuat meriah dan menarik, berikut penjaga stand-nya yang ramah dan cukup paham mengenai seluk beluk kopi. "Bagaimana mau dihargai secara internasional ataupun memiliki posisi yang kuat di kalangan komunitas kopi dunia, kalau hal sepele ini saja tidak disiapkan dengan matang," ujarnya serius. Barulah setelah dubes pergi, beberapa waktu kemudian datang rombongan kecil dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) cabang Lampung, seperti Hansaputra Wiryo dan Sumita MBA. Menurut Sumita, keterlambatan itu disebabkan menunggu rekan-rekan lainnya agar bisa berangkat bersama-sama ke pameran.Rombongan itu pun lantas buru-buru menggelar beberapa keranjang berisi biji kopi, tanpa mau terlibat dalam diskusi yang dinilai tidak produktif. Indonesia merupakan negara produsen kopi nomor empat di dunia, setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam. Kopi juga menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia. Namun, ekspor kopi Indonesia pada 2006 diperkirakan turun 21,5 persen, hanya mencapai 350.000 ton, sedangkan tahun sebelumnya mencapai 445.900 ton. Meski dikenal sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia, namun ekspor kopi Indonesia baru sebatas biji kopi, bukan produk yang siap konsumsi. Selain itu, meski sebagai anggota International Coffee Organization (ICO), Indonesia dan juga Brazil belum pernah mendapat kursi dalam badan ekskutif ICO. Tidak heran aspirasinya pun kerap terabaikan. Saat ini lebih dari empat triliun cangkir kopi dikonsumsi setiap tahun. Di dunia, kopi menjadi komoditas perdagangan terbesar kedua setelah minyak. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007