Manila (ANTARA News) - Negara ASEAN dan tiga mitra wicaranya menerima usul ajuan Thailand untuk menetapkan cara mencegah ketidakstabilan nilai mata uang kawasan. Pernyataan tersebut dikemukakan Menteri Luar Negeri Thailand Nitya Pilbusonggram di sela-sela pertemuan ke-40 menteri luar negeri ASEAN di Manila hari Rabu. Menurut Pilbusonggram, usul itu bertujuan memperluas kerjasama semua pihak berdasarkan atas "prakarsa Chiang Mai" dalam rangka mengatasi keguncangan nilai mata uang akibat membanjirnya pendapatan kapital, yang mengguncang kemantapan keuangan di kawasan. Prakarsa Chiang Mai diperkenalkan pada 2000 untuk mencegah kemelut keuangan Asia seperti pada 1997-1998 terulang. Pilbusonggram mengatakan bahwa keadaan saat ini, yang sedang dihadapi kawasan Asia Tenggara, berbeda dengan yang terjadi beberapa dasawarsa lalu dan keadaan baru itu memerlukan kerjasama kawasan untuk menghadapi ancaman baru. Pada kesempatan itu, dia juga mengungkapkan keyakinan bahwa langkah baru ASEAN akan menolong menciptakan kepercayaan, baik bagi penanam modal maupun eksporter. Perpindahan pendapatan kapital sangat besar ke Asia dan keprihatinan penanam modal atas kelambatan perekonomian Amerika Serikat menimbulkan kegoyahan nilai mata uang di kawasan itu, termasuk bath Thailand dalam beberapa waktu lalu. Namun, Pilbusonggram tidak merinci rencana itu, karena baru akan dibahas dalam pertemuan antara menteri keuangan dan wakil gubernur Bank Pusta Asia, yang diselenggarakan di China pada November. Putaran perundingan itu akan menguraikan garis besar kerjasama besar untuk menanggulangi ketidakstabilan mata uang dalam jangka panjang. Jika tercapai, itu akan mendorong kepercayaan besar pada bidang usaha dan di antaranya penanam modal, katanya. Kepada Kantor Berita Thailand Pilbusonggram menjelaskan bahwa berdasarkan atas usul itu, bank sentral negara bersangkutan bisa menukarkan cadangan kurs mata uang asing untuk mengatasi spekulan atas nilai mata uang mereka. Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) terdiri atas Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sementara itu, saat ditemui dalam kesempatan berbeda, Menteri Luar Negeri Filipina Alberto G Romulo menekankan arti penting kerjasama antar-ASEAN dan tiga mitra wicaranya, yaitu Jepang, Korea Selatan, dan China untuk mewujudkan kawasan Asia timur lebih makmur, kuat dan stabil. Dalam pertemuan ASEAN+3 itu, Romulo mengatakan bahwa keputusan menteri luar negeri tersebut menegaskan kembali tekad kerjasama ASEAN+3 sebagai kendaraan utama dalam mencapai tujuan jangka panjang masyarakat Asia timur.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007